Tak Masalah untuk Menjadi Beda, Memaknai Hidup Sebagai Pribadi yang Berbeda
Tak Menjadi untuk Menjadi Beda (indahladya.com) |
Pernah merasa bahwa kamu terlalu berbeda untuk orang-orang di sekitarmu? Atau kamu justru pernah merasa bersalah karena menganggap dirimu tak bisa beradaptasi dengan baik? That’s all about my problem, but before we go, it’s okay to be different.
Ketika Seorang Introver Keluar dari Zona Nyaman
Belum lama ini, aku
kembali dihadapkan pada suatu hal yang sangat tidak aku sukai, beradaptasi. Sounds
like “hah?”, tapi memiliki personality yang baru di lingkungan asing
memang selalu berhasil membuatku kewalahan daripadanya.
Perbedaan Pendapat (indahladya.com) |
Setelah hampir
berbulan-bulan berdiam diri di zona nyamanku, suatu keadaan berhasil merenggut
semua kenyamanan itu dari diriku sendiri.
Mungkin belajar secara
offline adalah hal yang sangat ditunggu-tunggu untuk sebagian besar siswa dan
mahasiswa, selayaknya aku saat ini. Tapi mungkin, aku adalah mahasiswa yang
berbeda dari mereka kebanyakan.
Aku akui bahwa belajar
secara offline memberikan suasana yang sebenarnya nggak bakal kita dapetin
kalau kita kuliah secara online. Sayangnya, pandemi satu tahun yang lalu
berhasil membuatku merasakan makna nyaman yang selama ini mungkin hanya sekedar
dalam khayalan belaka.
Berkat pandemi kemarin,
aku jadi bisa memiliki kendali penuh atas apa yang ingin aku lakukan. No one
can bother me.
Lagipula, sebenarnya tak masalah untuk menjadi beda. Tinggal di lingkungan rumah, di mana semua anggota keluarganya paham atas personality-ku yang “berbeda” ini, menjadikanku seseorang yang jauh lebih produktif, bila berkaca dengan seonggok diriku yang baru sempat menulis bebas pada malam ini.
Stigma “Mayoritas Selalu Benar”
Sayangnya, waktu dan
keadaan berhasil menarikku dari zona nyaman tersebut. Mau tak mau, aku harus
kembali dihadapkan dengan kenyataan yang sebenarnya.
Awalnya, rasa excited
itu datang karena aku seperti bertanya-tanya “apakah hal baru ini bisa
memberikanku suatu kenyamanan lebih?” No one knows, siapa tahu aku
sudah bosan dengan kesendirianku kemarin, bukan?
Namun, semua itu nggak
berjalan semulus yang aku bayangkan. It’s so hard for me to be the new
me!
Lagi-lagi aku harus
memulai suatu hal baru, menjadi diriku yang baru, dengan personality dan
kebiasaan yang baru, di lingkunganku yang baru. Lengkap sudah.
Berbeda Bukan Berarti Salah (indahladya.com) |
Aku memang tidak begitu
baik dalam bersosialisasi dengan orang baru, apalagi bila nyatanya orang-orang
baru ini harus memberikan prejudgement yang buruk terhadap personality-ku
yang mungkin sedikit berbeda dari mereka kebanyakan.
Aku kewalahan untuk
menjelaskan apa yang sebenarnya membuatku tak nyaman atau apapun itu yang
mengganggu pikiranku, my bad.
Belum lagi
ke-tidakproduktif-an ku saat ini membuatku gampang tersulut emosi karena suatu
hal yang sebenarnya memiliki makna yang tidak seburuk yang aku pikirkan. Overthinking
alert.
Aku bahkan sempat
memaknai bahwa dunia ini terlalu jahat untuk aku yang berbeda dari sekian
banyak orang. Mungkin sebagian orang mendapatkan
energinya dengan cara bersosialisasi dengan orang lain, mulai dari berkumpul
bersama, makan bersama, mengobrol, dan bercerita secara bebas. Meanwhile,
aku hanya bisa mendapatkan energi ketika aku sedang sendiri, without anyone
on my side.
Hingga pada akhirnya aku menyadari bahwa tak masalah untuk menjadi beda, bahkan seharusnya hanya aku yang bisa memegang kendali penuh atas diriku sendiri. Dan ini adalah caraku untuk berdamai dengan perbedaan yang ada di dalam diriku.
Hidup Bukan Hanya Tentang Kata Mereka
Mendengarkan pendapat
orang lain itu baik, namun jangan sampai hal ini membuatmu kehilangan kendali
atas dirimu sendiri.
Aku sempat bertukar
pendapat dengan beberapa orang dan dengan tanggapan yang berbeda pula. Satu
kalimat yang sebenarnya tidak seburuk itu, namun sedikit membuka pikiranku
adalah “hidup bukan hanya tentang kamu”.
Honestly,
ketika aku pertama kali mendengar statement ini, aku merasa seperti
orang yang benar-benar tersudutkan.
“Apakah aku salah untuk menjadi orang yang berbeda?”
“Salahkah personality-ku saat ini?”
“Haruskah aku mengedepankan kemauan orang lain dibandingkan diriku sendiri?”
Ribuan tanya langsung
mengerubungi isi kepalaku pada saat itu.
But then,
jika hidup ini bukan hanya tentang aku, maka seharusnya hidup ini pun bukan
hanya tentang kata mereka. Kita hidup dengan semua perbedaan yang ada, dan tak ada
yang salah dari hal tersebut. Mulai dari perbedaan pendapat dan sudut pandang,
hingga perbedaan dalam menyikapi hal yang hadir dalam hidup kita.
Hidup Menjadi Beda (indahladya.com) |
Dan caraku dalam
menyikapi pendapat orang lain, “Haruskah aku menerimanya? Haruskah aku
menolaknya?” Semua itu murni atas dasar kendali penuh untuk diriku
sendiri. And again, tak masalah untuk menjadi beda.
Perbedaan itu Nyata, dan Tak Masalah untuk Menjadi Beda
Lain orang, lain pula
tanggapan yang aku dapatkan. Setelah pada akhirnya menceritakan masalahku dengan
orang yang berbeda, nyatanya aku tidak benar-benar sendirian di dunia ini. The
different person is still exist!
Aku kembali mendapatkan
sudut pandang yang berbeda dari temanku yang ternyata memiliki misophonia. If
you guys know, misophonia adalah kondisi di mana seseorang bereaksi
terhadap suatu suara spesifik dan menimbulkan respon otomatis (fight or
flight response).
Seseorang yang menderita
misophonia tak jarang menunjukkan reaksi terhadap beberapa suara tertentu, yang
tentunya hal ini akan menjadi aneh ketika ia bertemu dengan orang-orang yang
tidak mengerti apa makna misophonia itu sendiri.
Validasi Ketika Menjadi Beda (indahladya.com) |
Pada akhirnya aku sadar
bahwa seseorang akan cenderung sulit untuk merasakan suatu hal yang tidak
benar-benar mereka alami. Sebagaimana problem yang hingga saat ini
masih mengitari isi pikiranku, aku tahu bahwa tidak ada yang bisa memperbaiki problem
ini selain dari berdamai dengan diriku sendiri dan merasa tak masalah untuk
menjadi beda.
Mulai dari menempatkan
diri dengan orang yang tepat, belajar untuk berkata “tidak!”, dan melihat
suatu hal dari sisi yang lebih baik, perlahan telah mengembalikan energiku
sedikit demi sedikit.
Bahkan sepertinya, energi itu baru benar-benar aku rasakan pada malam ini, malam di mana aku pada akhirnya berhasil memegang kembali kendali atas apa yang ingin aku lakukan sendiri. Malam di mana aku berhasil beradaptasi tanpa perlu mengubah jati diriku saat ini. Malam di mana aku merasa bahwa tak masalah untuk menjadi beda.
Berdamailah, Tanpa Perlu Saling Mengorbankan
Berdamai dengan Diri (indahladya.com) |
Sejujurnya, tidak ada
yang salah dari perbedaan yang kamu miliki dalam dirimu sendiri. Dan
beradaptasi sebenarnya memang tidak seburuk yang aku bayangkan. Hanya saja,
semua itu butuh waktu. Butuh mental dan kesiapan yang matang hingga pada
akhirnya aku bisa berdamai tanpa harus merasa berkorban atas suatu hal yang
sebenarnya tidak benar-benar aku inginkan.
Tak masalah untuk menjadi
beda, karena setiap orang punya hak untuk memegang kendali atas pilihan hidupnya
saat ini.