Sandwich Generation, Dilema Para Calon Orang Tua Milenial
Sandwich Generation (indahladya.com) |
“Nak, kamu adalah anak satu-satunya papa dan mama, harapan satu-satunya.” Kata papa dan mama ketika aku tengah sibuk dengan tugas kuliahku beberapa waktu lalu.
Kalimat tersebut adalah kalimat yang membuatku berjanji pada diri sendiri untuk bisa memberikan yang terbaik kepada kedua orang tuaku kelak. Meskipun terkadang aku masih merasa kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa aku memang menjadi harapan satu-satunya di keluarga ini.
Dengan menjadi anak satu-satunya, aku menjadi paham betul kekhawatiran seperti apa yang orang tuaku rasakan belakangan ini. Sebagaimana di usia kedua orang tuaku yang sudah tidak lagi muda, di tambah usiaku yang juga mulai memasuki quarter life crisis.
Jujur, di satu sisi, aku terkadang merasa bahwa memikirkan masa depan sudah seperti momok menakutkan bagiku. Bahkan aku belum memiliki persiapan apa-apa pada saat itu.
Memikirkan bahwa akan tiba saatnya aku memiliki keluarga baru dengan suami dan anak-anakku kelak, ah, sungguh aku dulu merasa bahwa itu adalah momen paling menakutkan. Di mana nanti aku harus bisa membahagiakan dan menjamin kehidupan kedua generasi, sebelum dan setelahku, sekaligus.
Beberapa tahun lalu, ini adalah hal utama yang paling membuatku overthinking, ketakutanku akan masa depan semakin bertambah di setiap harinya. Hingga pada akhirnya aku mulai mendapatkan jawaban atas kekhawatiran yang aku rasakan saat ini.
Ternyata ketakutan akan suatu kondisi yang aku khawatirkan nantinya terjadi pada diriku, yaitu sandwich generation. Sebuah tradisi yang nampaknya sudah melekat secara turun temurun di lingkungan sosialku saat ini. Sebuah tradisi yang sebenarnya masih bisa dicegah sebelum hal itu benar-benar terjadi.
Apa itu Sandwich Generation?
“Anak adalah investasi orang tua di masa tuanya nanti”
Setidaknya kalimat pamungkas tersebutlah yang membuat para sandwich generation ini melanggeng sebagai salah satu tradisi keluarga di Indonesia. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, udah pada tahu belum, “apa sih sandwich generation itu?”
Sandwich generation adalah generasi yang berada di masa produktif dan memiliki beban finansial ganda dari kedua generasi sebelum dan setelah mereka. Singkatnya, sandwich generation ini memiliki tanggung jawab untuk menyokong kebutuhan primer orang tua mereka yang telah berada di masa tua, namun tetap harus menghidupi keluarga inti mereka saat ini (anak) tanpa melupakan kebutuhannya sendiri.
Definisi Sandwich Generation (indahladya.com) |
“Generasi sandwich ini hadir akibat keterlambatan dalam kesiapan finansial suatu individu secara pribadi dan keterlambatan dalam merencanakan dana pensiun mereka. Sehingga mereka cenderung untuk membebankan kebutuhan-kebutuhan mereka kepada satu generasi di bawahnya.”
Berdasarkan gambaran tersebut, beratnya beban dari sandwich generation ini tentunya bisa berdampak buruk pada kesehatan finansial seseorang itu sendiri, terlebih lagi dengan dampak kelelahan dan depresi karena merasa sulitnya menampung beban finansial ganda tersebut.
My Personal Opinion
Tanpa perlu menyalahkan pihak manapun, sejujurnya poin ini pastinya masih menyisakan pro dan kontra, di mana sebagian orang percaya bahwa seorang anak wajib memenuhi kebutuhan kedua orang tua mereka di masa tuanya nanti sebagai bukti kebaktian anak terhadap mereka.
Namun, tidak sedikit juga yang mulai berpikir secara lebih modern, bahwa anak seharusnya tidak menjadi investasi masa tua orang tua mereka. Dengan berbagai alasan, yang salah satunya adalah karena anak juga kelak memiliki kehidupan pribadi mereka sendiri.
Kalau kamu bertanya mengenai pendapatku, sandwich generation is still can be yes, but mostly no for me. Terlepas dari bukti kebaktian seorang anak kepada orang tua, namun sebenarnya ini akan membuat anak menjadi lebih terbebani dengan ekspektasi yang keluarga mereka harapkan terhadap dirinya.
Menurutku, sandwich generation tidak bisa menjadi bukti kebaktikan seorang anak kepada orang tua mereka. I can say yes, jika konteks yang disebutkan adalah bentuk kebaktikan berupa hadiah sebagai tanda penghormatan kepada kedua orang tua yang telah merawat dan membesarkan anaknya hingga sedemikian rupa.
But I can say no, jika konteks yang disebutkan adalah sebuah bentuk keharusan, yang apabila ditinggalkan justru akan menimbulkan stigma negatif terhadap anak mereka sendiri. Apalagi jika seorang anak ini notabenenya memiliki penghasilan yang sebenarnya untuk menghidupi keluarga inti mereka saja masih ngos-ngosan. Does anyone have the same opinion?
Kenapa Sih Bisa Tercipta Sandwich Generation?
Pertanyaan yang muncul berikutnya, “kira-kira kenapa sih sandwich generation bisa terwujud di suatu generasi?”
Well, sebelum menjawab pertanyaan tersebut. Aku yakin bahwa sudah banyak orang yang memahami istilah dana pensiun sebagai tabungan hari tua mereka kelak, iya apa iya?
Namun, ternyata tidak sedikit juga yang mengabaikan hal ini, meskipun telah mengetahui betapa pentingnya dana pensiun ini.
Sederhananya begini, kita sebagai manusia pastinya memiliki masa produktif dan masa pasca produktif, atau ya bisa dikatakan sebagai masa non produktif. Hal ini mengindikasikan bahwa kita tidak bisa bekerja secara terus menerus seumur hidup kita. Ingat, penghasilan aktif dan penghasilan pasif itu adalah dua hal yang berbeda loh.
Berbicara mengenai penghasilan aktif, kita pastinya memiliki batas usia yang diperbolehkan oleh suatu perusahaan yang menjadi tempat kita bekerja saat ini. Hal ini akan berhubungan dengan performa dan kontribusi yang akan kita berikan di perusahaan tersebut.
“Loh, kalau freelancer berarti gak punya batas usia dong?”
Hmm, tergantung sih. Namun, berdasarkan pengalamanku yang merupakan seorang part time blogger, beberapa kerjasama yang diajukan juga tetap mementingkan batas usia loh. Dan sebenarnya menjadi seorang freelancer justru membuat kita harus lebih aware terhadap dana pensiun.
Analoginya gini deh, jika kita bekerja di suatu perusahaan, maka di akhir masa bekerja kita nanti, pastinya kita sudah dijanjikan dengan dana pensiun, bukan? Nah, kalau freelancer siapa nih yang mau menjaminnya selain diri kita sendiri? That’s why, dana pensiun ini tetap penting, baik bagi seorang pekerja di suatu perusahaan, maupun seorang freelancer sekalipun.
Nah, apabila kita tidak aware terhadap pentingnya dana pensiun, maka hal ini bisa menjadi salah satu indikasi terwujudnya sandwich generation, yang sering mengatasnamakan “anak adalah investasi orang tua di masa tua nanti”.
Upaya Pencegahan Sandwich Generation
Setelah mengetahui asal mula dari terbentuknya sandwich generation ini, kita sebagai anak dan juga calon orang tua tentunya, pastinya harus lebih aware dengan kemungkinan kembali terjadinya tradisi sandwich generation ini.
Jika kamu saat ini adalah seorang generasi milenial dengan kedua orang tua yang masih berada di masa produktif, maka aku akan mengatakan, “Selamat! Yakinlah bahwa kamu akan menjadi pemutus rantai sandwich generation ini.”
Dan jika kamu saat ini adalah orang tua dengan beban finansial ganda, atau generasi yang terlanjur menjadi bagian dari sandwich generation, jangan khawatir, karena kamu akan tetap bisa menjadi pemutus rantai sandwich generation di generasi anak-anakmu kelak.
Dikutip dari www.ibupedia.com, “menjadi bagian dari sandwich generation bukanlah hal mudah. Kita mesti pandai menemukan cara mengatur keuangan agar segala kebutuhan terpenuhi dengan baik sekaligus mencegah anak-anak kita terjebak di situasi yang sama kelak.”
Sebagaimana kekhawatiran yang sama-sama kita miliki saat ini sebagai bakal sandwich generation, aku dan kedua orang tuaku pada akhirnya mulai mencoba menerapkan beberapa hal untuk dapat mencapai kebebasan secara finansial, demi mencegah terulangnya tradisi sandwich generation ini kembali. Mungkin beberapa tips di bawah ini juga bisa kamu coba terapkan untuk ikut mencegah sandwich generation, baik di generasimu sendiri maupun bagi generasi anak-anakmu kelak.
1. Komunikasikan Rencana Finansial
Komunikasikan Rencana Finansial (indahladya.com) |
Hal pertama yang perlu diperhatikan yaitu penyebab utama dari timbulnya sandwich generation ini, tidak lain dan tidak bukan karena masalah finansial kan? Nah, untuk bisa lepas dari tradisi sandwich generation ini, kamu harus punya rencana finansial yang baik dulu.
Komunikasikan rencana finansialmu dengan keluarga intimu terlebih dahulu. Jelaskan goals utama yang ingin kamu capai, dalam jangka waktu berapa lama, dan dengan cara apa mewujudkannya. Dengan keterbukaan rencana finansial dalam keluarga inti, maka kamu sudah dipastikan bisa melanjutkan ke tahap yang berikutnya.
2. Diskusikan Ekspektasi Keluarga
Diskusikan Ekspektasi Keluarga (indahladya.com) |
Kembali lagi dengan sebuah statement yang sempat aku mention sebelumnya, “kelak anak memiliki kehidupan mereka sendiri”. Namun, hal ini tidak berarti bahwa kita melupakan tanggung jawab kepada orang tua kita sepenuhnya.
Komunikasi dengan orang tua, dan jika perlu dengan beberapa saudara kandungmu, juga diperlukan dalam mempersiapkan diri demi mencegah sandwich generation ini. Diskusikan siapa yang nantinya akan merawat orang tuamu di masa tuanya nanti.
Dan jangan lupa untuk mempertanyakan seberapa siap orang tuamu menghadapi masa pensiun mereka. Bantu mereka untuk memiliki dana pensiun yang lebih terencana, seperti alokasi dana tabungan aktif dan pasif. Dan jika memungkinkan diskusikan instrumen investasi yang cocok untuk kedua orang tuamu.
Again, dalam hal ini, jika orang tuamu belum atau justru hampir memasuki masa pensiunnya, kamu bisa segera menerapkan poin ini. Karena waktu adalah teman investasi yang terbaik.
3. Menambah Pendapatan Secara Vertikal Maupun Horizontal
Menambah Pendapatan (indahladya.com) |
Jika kamu memiliki beberapa saudara kandung, biasanya akan lebih mudah untuk mempersiapkan dana pensiun dari kedua orang tuamu. Namun, jika kamu bernasib sama sepertiku, sebagai anak tunggal tentunya, kamu harus pintar memutar otak bagaimana caranya untuk dapat menghasilkan pendapatan tambahan baik secara vertikal maupun horizontal.
Mungkin saat ini aku masih merupakan seorang mahasiswa profesi yang belum memiliki pendapatan tetap. Namun, seperti yang sempat aku mention sebelumnya, di samping profesiku sebagai mahasiswa, aku juga merupakan seorang part time blogger.
Sebenarnya, keputusanku untuk tetap menjadi seorang part time blogger di sela-sela waktu kuliahku didasarkan atas hobi yang aku miliki sejak dulu. Dengan harapan, jika nantinya aku telah berhasil menyelesaikan kuliahku dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan profesiku nantinya, kelak penghasilanku sebagai blogger dapat menambah pendapatanku secara horizontal.
“Kalau menambah pendapatan secara vertikal gimana dong?”
Eits, tenang, kita bahas satu persatu ya! Hihi.
Berbeda dengan menambah pendapatan secara horizontal yang mengharuskan kita merangkap beberapa pekerjaan sekaligus, menambah pendapatan secara vertikal dapat kamu terapkan dengan cara memiliki tangga karir.
Jika kamu adalah seorang karyawan di suatu perusahaan, setiap posisi di sana pasti memiliki kedudukannya masing-masing, yang nantinya akan berpengaruh dengan seberapa besar gaji yang kamu dapatkan dari posisimu tersebut.
Nah, untuk menambah pendapatan secara vertikal, kamu bisa melatih beberapa skill yang menjual di posisi yang kamu dapatkan saat ini. Ada banyak cara untuk menambah skill ini sendiri, salah satunya dengan mengikuti beberapa workshop dan pelatihan yang berhubungan dengan profesi/pekerjaanmu saat ini.
Dengan demikian, bertambahnya skill dan knowledge yang kamu dapatkan dari kegiatan tersebut, bisa membuat atasanmu tertarik untuk menambah gaji dari posisimu saat ini, atau bahkan kamu bisa dipindahkan ke posisi yang lebih tinggi loh. Menarik kan?
4. Mengatur Pengeluaran dengan Bijak
Mengatur Pengeluaran (indahladya.com) |
Setelah berhasil mengatur strategi dalam menambah penghasilan, hal yang selanjutnya bisa kamu terapkan yaitu mengatur pengeluaran dengan bijak. Apalagi jika saat ini kamu sudah memiliki keluarga intimu sendiri, jadi kamu sudah memiliki tanggung jawab untuk masa depan anakmu kelak, bukan?
Ingatlah, menambah penghasilan bukan berarti menambah pengeluaran. Karena poin utama dari menambah penghasilan ini adalah untuk mempersiapkan dirimu agar lebih merdeka secara finansial, bukan untuk sekedar “terlihat” merdeka secara finansial.
Baca Juga : 10 Kesalahan Orangtua dalam Mengelola Keuangan Keluarga by ibupedia.com
Terlebih lagi jika kamu merasa penghasilanmu saat ini belum cukup sepenuhnya, meskipun kamu telah mencoba untuk menambah penghasilan secata vertikal maupun horizontal tadi. It’s okay, karena cara terbaiknya adalah dengan menekan pengeluaranmu.
Skala Prioritas Finansial (indahladya.com) |
Batasi beberapa pengeluaran yang sebenarnya tidak terlalu penting. Gunakan skala prioritas dalam mengelola keuangan keluargamu, berdasarkan indikasi penting atau tidaknya dan mendesak atau tidaknya.
5. Mendaftarkan Diri dan Keluarga pada Asuransi Kesehatan
Mendaftar pada Asuransi Kesehatan (indahladya.com) |
Hal yang seringkali terlupa dalam mempersiapkan finansial keluarga yaitu mendaftarkan diri dan keluarga pada asuransi kesehatan. Padahal, sebenarnya hal ini bisa jadi penting banget loh.
Beruntungnya aku yang saat ini memang sudah familiar dengan hal yang satu ini. Sebagaimana kedua orang tuaku yang memang sudah mendaftarkan kami sekeluarga untuk mendapatkan asuransi kesehatan yang sesuai. Dan positive behavior ini kelak akan aku terapkan ketika membangun keluargaku sendiri nantinya.
Asuransi kesehatan dapat mencegah dirimu dan keluargamu dari pengeluaran besar yang mendesak, contohnya ketika terjadi kecelakaan ataupun penyakit berat yang membutuhkan biaya operasi yang tidak sedikit. Dengan asuransi kesehatan ini, tentunya bisa membuatmu lebih tenang dalam mempersiapkan manajemen keuanganmu, bukan?
6. Berinvestasi Sejak Dini
Berinvestasi Sejak Dini (indahladya.com) |
Investasi adalah salah satu hal penting yang perlu kita terapkan sejak dini. Just like what I’ve said before, waktu adalah teman investasi terbaikmu. Jadi, semakin dini kamu mencoba berinvestasi, maka semakin baik dampaknya bagi kesehatan finansialmu kelak.
Ada begitu banyak sumber atau referensi yang bisa kamu jadikan bahan pembelajaranmu dalam mencoba beberapa instrumen investasi. Atau kamu juga bisa berkonsultasi dengan financial planner untuk mendapatkan insight yang lebih luas mengenai investasi ini sendiri.
Sedikit cerita, saat ini aku merupakan seorang investor mikro yang masih seumur jagung. Namun, satu hal yang ingin aku bagikan kepada banyak orang di luar sana, cara terbaik untuk belajar berinvestasi adalah dengan memulai investasi itu sendiri.
Bukan berarti tanpa ilmu sama sekali, tapi kamu bisa coba menggali beberapa informasi yang sudah sangat banyak ditemukan di berbagai platform seperti instagram, youtube, maupun website yang terpercaya. Berangkat dari ilmu dasar tersebut, kamu bisa langsung coba mengaplikasikannya ke instrumen investasi yang sudah kamu pilih sebelumnya.
“Kalau gagal, terus gimana?”
Nah, itu dia makna dari statement “pengalaman adalah guru terbaik”. Evaluasi hal yang membuatmu gagal di instrumen investasi tersebut. Jangan segan untuk bertanya dengan orang-orang terdekat yang sudah lebih dulu mengenal dunia investasi ini sendiri. Lagian, kalau selalu takut untuk memulai, kapan bisanya kan?
7. Melatih Anak Menjadi Lebih Mandiri
Melatih Anak Lebih Mandiri (indahladya.com) |
Next, jika kamu saat ini adalah seseorang yang terlanjur menjadi bagian dari sandwich generation, maka hal terbaik yang bisa kamu lakukan yaitu dengan mempersiapkan anakmu menjadi lebih mandiri agar terhindar dari situasi yang sama sepertimu saat ini.
Berikan knowledge dan pengalaman finansialmu untuk membekali mereka mengenai tanggung jawab tentang uang. Hal ini tentunya bisa membuat mereka lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang yang mereka miliki nantinya.
Pengaruh Literasi Finansial dalam Memutus Rantai Sandwich Generation
Literasi finansial atau literasi keuangan adalah hal yang penting dalam upaya memutus rantai sandwich generation ini sendiri. Sebagimana dikutip dari Nation Bereau of Economic Research, “seseorang dengan literasi finansial yang baik akan lebih suka menabung, melakukan pembayaran credit card tepat waktu, dan lebih memungkinkan untuk mengambil sejumlah risiko keuangan yang lebih sehat.”
Oleh karena itu, literasi finansial yang baik dapat mengindikasikan keuangan yang sehat pula. Dalam hal ini, orang tua sebaiknya menjadi role model yang dapat mendukung kemerdekaan finansial anak dengan berbagai macam cara. Contohnya, dengan menanamkan positive financial behavior pada anak-anak mereka kelak.
Nah, kalau yang masih jadi calon orang tua, justru punya lebih banyak waktu untuk mempersiapkan diri loh. Jadi, kamu udah siap belum nih?
Kita Bisa Menghentikan Rantai Sandwich Generation
Mencegah Sandwich Generation (indahladya.com) |
Menjadi bagian dari sandwich generation bukanlah suatu kesalahan. Ini bukan saatnya untuk menyesali segala sesuatu hal yang telah terjadi, tapi ini adalah saat di mana kamu percaya bahwa kelak nantinya dirimu menjadi pemutus rantai sandwich generation pada generasi anak-anakmu kelak.
Sebagaimana aku yang saat ini merupakan seorang anak tunggal dari kedua orang tua yang hampir memasuki masa pensiun mereka. Perlahan tapi pasti, beberapa tips di atas sudah aku rasakan sendiri manfaat dan dampak baiknya. Mungkin financial behavior dari keluargaku bukanlah suatu financial behavior yang sempurna. Namun, dengan terus saling memotivasi dan tidak berhenti belajar menjadi lebih baik, kita semua pastinya bisa mencapai goals utama yang coba kita raih saat ini.
Bagiku, cara terbaik untuk bisa keluar dari sandwich generation tanpa merugikan siapapun, yaitu dengan cara mempersiapkan finansial orang tua di waktu yang sedini mungkin. Tanyakan mengenai kesiapan dana pensiun mereka, bantu dan berikan yang terbaik. Lalu implementasikan hal yang sama dalam mempersiapkan dana pensiun milikmu sendiri ketika mulai mendapatkan penghasilan. Sebagaimana kita yang sama-sama ingin mencapai tujuan akhir yang sama.
Bukan tidak mungkin untuk menjadi generasi pertama yang berusaha memutus tradisi sandwich generation ini. Karena tidak pernah ada kata terlambat untuk suatu hal baik yang tengah kamu coba perjuangkan. Jadi, yuk kita berjuang bersama-sama ya!
Referensi:
www.ibupedia.com
Nation Bureau of Economic Research
Hmm.. dana pensiun ya.. akupun belum mempersiapkan 😭 semoga diberikan kemudahan oleh Allah utk dana pensiunku aamiin
BalasHapusYuk, bisa dimulai perlahan-lahan mbak. Semangatt insyaAllah dimudahkan, aamiin
HapusNah ini yang tengah aku rencanakan karena saat ini mungkin aku bisa dibilang tengah berada ke generasi sandwich itu sendiri. Awalnya aku sempat berpikiran sama dengan orangtua yg begitu menaruh harapan lebih pada anak di masa tua. Tapi, setelah aku menikah, aku mulai memikirkan hal itu dimana kita nggak tau apa yg akan terjadi beberapa tahun k depan, kita tak bisa menggantungkan diri pada anak kita kelak, karena anak kita adalah individu yg berbeda dengan keinginan yg berbeda pula pastinya. Makanya aku sering diskusi dgn suami mumpung blm kejauhan untuk merencanakan keuangan masa depan, mumpung masih produktif. Disamping mempersiapkan keuangan saat ini.
BalasHapusIya memang harus kita pikirkan dari sekarang bagaimana cara memenuhi kebutuhan di hari tua tanpa membebani anak dan membuat mereka jadi sandwich generation, salah satunya menyiapkan asuransi kesehatan dan dana pensiun sejak dini ya
BalasHapusBetul ini, aku udah diajarkan untuk nabung buat hari tua nanti, alasannya simpel karena aku pegawai swasta yang mana setelah pensiun ngga akan dikasih penghasilan tetap.
BalasHapusIni menarik banget topiknya mbak apalagi untuk generasi sekarang.. penting banget untuk melek digital.. apalagi di masa pandemi sekarang yang memang finansial budgeting itu essential banget
BalasHapuswah iya aku juga sebagai anak tunggal ngerasain banget jadi satu-satunya harapan, tapi makin ke sini aku lebih berserah dan bodo amat, ga begitu mau ngikutin blue print yg udahudah. kalaupun ujungnya aku berada di jalan yg diharapkan ortu itu karena aku mau, bukan karena terpaksa. yg penting aku tetep waras aja mbaa :")
BalasHapussetuju untuk kita memutus rantai sandwich generation. kalo dana pensiun aku sendiri belum kepikiran hhh, mungkin akan prefer ke nabung sendiri. semoga bisa yuk semua bisa 💪
BalasHapusHiks mikirin dana.pensiun jd sedih deh mbak apalagi di masa pandemi kaya gini pemasukan up and down. Malah lebih banyak down nya sebagai pengusaha struggle banget nih. Memang bener sih harus disiapkan sejak dini kebayang jaman anak2 nanti hidup bakalan makin menantang dan berat jangan ape jd beban buat anak2
BalasHapusSaya termasuk sandwich generation, dan betul sekali, nggak mudah menjalaninya. Beban ganda, apalagi ortu bukan pegawai atau karyawan. Baca ini jadi dapat pencerahan buat jadi pemutus rantai ini di keluarga sendiri. Makasih ya... 🙏
BalasHapusAku dan suami juga sudah mulai merencanakan keuangan pensiun , biar pas tua gak ngerepotin anak-anak ^^ malah bisa jajanin cucu hehehe
BalasHapus