7 Nasihat Diri di Usia 20 Tahun yang Bisa Bikin Kamu Menghargai Hidup
Nasihat di Usia 20 Tahun (indahladya.com) |
Terkadang tidak semua orang memahami nasihat diri di usia 20 tahun sampai akhirnya ia melewati fase tersebut sendiri. Fase di mana kamu mulai lelah dengan rutinitas yang terjadi di setiap harinya. Fase di mana kamu mulai merasa khawatir dengan masa depanmu nanti.
Jika kamu mempertanyakan nasihat tersebut kepada seseorang yang telah menginjak usia 30 tahun-an, maka sudah pasti ia akan memberikan gambaran mengenai bagaimana yang seharusnya ia lakukan ketika masih berada di fase emas tersebut.
Ada Apa dengan Usia 20 Tahun?
Usia 20 Tahun (indahladya.com) |
Umur 20 tahun adalah usia di mana kamu sudah melewati masa remaja, tetapi belum sampai ke usia dewasa. Namun, usia 20 tahun termasuk usia yang sudah cukup bagimu untuk merasakan pengalaman hidup, mulai dari yang paling manis hingga yang paling pahit sekalipun.
Dan tanggung jawab di usia 20 tahun adalah tanggung jawab yang berkaitan dengan dirimu di masa ini dan dirimu di masa depan nantinya. Jadi, kalau sampai salah pilih keputusan, bisa-bisa hal tersebut justru menjadi penyesalan bagimu di masa yang akan mendatang.
Perbedaan Pola Pikir Usia 20 Tahun
Pola Pikir Usia 20 Tahun (indahladya.com) |
Ketika menginjak usia 20 tahun, kamu akan mulai mempertanyakan hasil dari usaha yang selama ini tengah kamu lakukan. Ada yang terdorong untuk menjadi semakin idealis terhadap apa yang ia usahakan. Namun, tidak sedikit yang memilih untuk mengesampingkan idealisnya dan berusaha untuk menjadi lebih realistis.
Dan hal yang perlu kamu tahu, tidak ada yang salah dari keduanya. Itu hanyalah caramu untuk beradaptasi dalam membentuk pola pikir yang baru. Karena setiap manusia pasti memiliki point of view yang berbeda dalam memandang suatu tantangan dan rintangan kan?
Nasihat Diri di Usia 20 Tahun
Nasihat Diri di Usia 20 Tahun (indahladya.com) |
Mungkin sudah banyak artikel yang membahas sisi psikologi dari usia 20 tahun. Tapi, kali ini aku akan membahas nasihat diri di usia 20 tahun berdasarkan apa yang aku alami sendiri. Jadi, bisa saja hal ini mungkin juga relate dengan apa yang kamu alami. Atau, jika kamu belum berusia 20 tahun, mungkin nasihat diri di usia 20 tahun ini bisa membuatmu menjadi lebih siap dalam menghadapi kenyataan hidup yang sesungguhnya. So, here it is!
1. Hasil Bisa Mengkhianati Usaha
Kamu boleh setuju dan boleh juga tidak setuju dengan nasihat pertama yang cukup menampar ini. Tapi ketahuilah bahwa ada suatu faktor yang tidak bisa dikendalikan dalam membentuk “keberhasilan” itu sendiri, faktor itu bernama keberuntungan.
Kamu mungkin pernah melihat seseorang yang sepertinya usahanya biasa-biasa saja, nilainya selama sekolah juga ya standar saja, tapi bisa jadi ia justru lebih dulu sukses darimu yang selama ini tengah berusaha keras. Iya apa iya?
Dan terkadang kamu juga akan menemui seseorang yang usahanya sudah sangat luar biasa, banting tulang sana sini, menggarap semua kesempatan untuk bekerja. Tapi, terkadang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja masih belum cukup.
Setelah melihat dua ilustrasi di atas, maka selanjutnya kamu akan mulai mempertanyakan, “sebenarnya ada apa sih dari usaha yang kita lakukan selama ini?”.
Hal inilah yang saya katakan sebagai faktor yang tidak bisa kamu kendalikan. Kamu boleh berusaha keras, tapi kamu juga harus siap terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi. Karena di dunia ini ada sekelompok orang yang berusaha lalu gagal, ada yang berusaha lalu berhasil, dan ada yang tidak berusaha namun tetap berhasil.
Tidak perlu menyalahkan dirimu lebih jauh karena sesungguhnya kamu sudah mengusahakan yang terbaik untuk dirimu. Dan sekali lagi, nasihat ini bukan untuk menjadikan dirimu untuk berhenti berusaha ya! Just try to be more realistic!
2. Orang yang Paling Menyakitimu Adalah Orang yang Paling Kamu Sayangi
Nasihat kedua ini saya rasa adalah hal yang paling relate dengan sebagian besar orang. Apalagi dengan beberapa orang yang sudah berteman dengan pengalaman patah hatinya sendiri. It’s normal, right?
Kita merasa terluka karena kita terlanjur memberikan kepercayaan penuh kepada seseorang yang sangat kita sayangi. Meskipun “sulit percaya” dengan orang lain adalah hal yang tidak baik, namun terlalu percaya juga merupakan hal yang bisa saja mencelakakan diri kita sendiri.
Oleh karena itu, membencilah sekedarnya dan mencintailah sewajarnya. Karena kamu adalah orang yang paling bertanggung jawab atas perasaanmu sendiri. Dan ketika seseorang datang hanya untuk menghancurkan kepercayaan tersebut, setidaknya kamu sudah memiliki bounderies agar tidak terlalu larut dalam kekecewaanmu sendiri.
3. Alasanmu Bertahan Terkadang Bukanlah Orang Terdekatmu
Nasihat ini mungkin adalah nasihat yang relate dengan poin yang sebelumnya. Karena tidak semua orang terdekatmu adalah supporter number one bagimu, isn’t it?
Terkadang kamu sudah mengusahakan yang terbaik dalam hidupmu, tapi akan ada saja seseorang yang meremehkan usahamu tersebut. Meski konteksnya bercanda tapi terkadang hal tersebut tetap menusuk hingga ke bagian terdalam dari hatimu. Iya apa iya?
Orang yang justru datang dari antah berantah, tidak tahu siapa kamu, tidak mengenal karaktermu justru bisa mendatangkan motivasi yang sangat out of the box. Kamu bahkan mungkin tidak pernah menyangka bahwa alasanmu untuk bertahan selama ini adalah orang yang justru tidak seintens itu denganmu.
Kamu cukup merasakan energi positif yang ia tularkan yang mungkin sudah bertahun-tahun yang lalu usai. Tapi, namanya selalu kamu ingat ketika kamu memutuskan untuk berhenti dari semua yang kamu usahakan saat ini. Dan sepertinya seseorang tersebut tidak akan pernah sadar bahwa pernyataan sederhananya kemarin sangat mengubah hidupmu sepenuhnya, sekedar “cukup tahu” aja kan? So, jangan lelah untuk membuka diri dengan orang baru ya!
4. Musuh Terbesar dalam Hidup Adalah Diri Sendiri
Ini adalah pengalaman saya pribadi. Saat itu saya pernah ditanya mengenai cara membagi waktu. Meskipun saya pernah menuliskan topik ini secara lengkap di sini, tapi sebenarnya tidak ada aturan saklek dari cara itu sendiri. Karena kamu adalah orang yang paling bertanggung jawab atas hal yang kamu pilih.
Jika kamu memilih untuk menunda-nunda pekerjaanmu, maka kamu bisa jadi seorang deadliner yang suka rusuh di ujung waktu. Terkadang malah jadi menyalahkan keadaan dan waktu yang tidak berpihak denganmu. Padahal, nyatanya kemarin kamu santai-santai saja, boro-boro kepikiran sama pekerjaan, menyusun planning pun nggak. Jadi, masih mau bilang kalau keadaan dan waktu tidak berpihak denganmu?
5. Tidak Ada yang Salah Untuk Menjadi Beda
Nasihat yang lagi-lagi datang dari pengalaman saya sendiri. Seseorang pernah mempertanyakan atas suatu hal yang mungkin terlihat agak berbeda dari personality-nya yang sebelumnya. Semacam cemas akan perbedaan tersebut di mata orang lain.
Namun, menjadi beda (in a good way) bukanlah hal yang perlu dipertanyakan menurut saya pribadi. Karena menjadi sama adalah suatu hal yang membosankan. Kamu bisa menemukan kesamaan tersebut di berjuta-juta orang di muka bumi ini. Tapi untuk menemukan yang berbeda? Mungkin hanya 1 banding 1000 dari sekian banyak orang yang ada.
Dan kamu tidak perlu merasa takut dengan shock pertama dari orang-orang yang mungkin sekedar gak menyangka bahwa kamu juga bisa keluar dari zona nyamanmu selama ini. Besok-besok juga dia bakal lebih terbiasa kok. Atau justru sudah lupa dengan personality-mu yang kemarin-kemarin. Mereka dan kamu hanya sama-sama perlu beradaptasi.
6. Pengalaman Adalah Guru Terbaik
Meskipun nasihat ini sepertinya sudah sangat sering disampaikan oleh banyak orang bahkan di dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia sekalipun. Namun, lagi-lagi saya ingin menekankan hal ini agar tidak banyak orang yang menyalahkan kegagalannya.
Sebagaimana beberapa poin yang saya jelaskan sebelumnya, setiap orang memiliki “waktu” nya masing-masing. Dan kamu hanya perlu menjemput waktu tersebut tanpa harus menyalahkan dirimu lebih jauh. Karena selalu ada faktor keberhasilan dan kegagalan yang berada di luar kendalimu.
Dan percayalah bahwa pengalaman ini akan menjadi cerita berharga yang bisa kamu banggakan ketika kelak mencapai “waktu” nya nanti. Karena nyatanya memang tidak ada yang hidup di dunia ini dengan lurus-lurus saja bukan?
7. You Don’t Need To Please Everyone!
Semua orang punya perasaan, dan saya sepenuhnya setuju dengan pernyataan tersebut. Tapi tidak untuk mengartikannya dengan pernyataan bahwa kita perlu menjadi apa yang orang lain ingin lihat.
Cukup dengan tidak menyakiti dan mengganggu orang lain, kamu sudah menerapkan makna dari “menjaga perasaan orang lain” itu sendiri. Namun, jika kamu merasa bahwa kamu tidak sedang menyinggung siapapun, just tryna live with your own choice without hurt anybody, then just do it!
Pada akhirnya, menjadi sama adalah hal yang membosankan, apalagi untuk sekedar menyenangkan orang lain yang mungkin sama sekali tidak memiliki kaitan apapun dalam hidupmu. Jika usia 20 tahun ini kamu gunakan untuk terus hidup di bawah tekanan orang lain dan bergantung dengan orang yang kamu percaya sepenuhnya, kamu akan kesulitan untuk mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya.
Ingatlah, kamu adalah orang yang paling bertanggung jawab atas hidupmu sendiri, bertanggung jawab atas apa yang akan kamu cita-citakan, bertanggung jawab atas circle yang kamu punya, dan bertanggung jawab atas point of view-mu dalam memandang kegagalan.
Seseorang mungkin akan merasa ikut senang ketika kamu menggapai apa yang kamu cita-citakan. Namun tidak banyak yang akan ikut merasa sedih ketika kamu merasa kecewa atas apa yang kamu usahakan. Karena pada akhirnya, di usia 20 tahun ini kamu hanya perlu menikmati hidupmu saat ini tanpa perlu merasa harus menjadi seperti orang lain.
Semoga nasihat di usia 20 tahun ini bisa membantu ya! You go girl! Live your own way!
Baca Juga :
Pesimis Tidak Selalu Berarti Buruk
Peran Harapan dan Cinta dalam Self Motivation