Sebuah Motivasi : Pengalaman Kampanye Informasi Obat
Pengalaman Kampanye Informasi Obat (indahladya.com) |
Pada tahun 2017 lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti salah satu program yang disediakan oleh organisasi farmasi yang saya ikuti saat itu, yaitu ISMAFARSI (Ikatan Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia). Sebuah program rapat kerja nasional yang menyertakan Kampanye Informasi Obat (KIO) menjadi salah satu agendanya.
Saat itu saya hanya seorang mahasiswa baru yang belum banyak mengenal dunia farmasi, terang saja, namanya aja maba toh? Hihi. Untuk istilah KIO ini pun baru saya dengar kali itu juga. Namun, pengalaman KIO ini ternyata sangat mengesankan untuk dikenang hingga saat ini.
Minimnya Pengetahuan Mengenai Penggunaan Antibiotik
Minimnya Pengetahuan Mengenai Penggunaan Antibiotik (indahladya.com) |
Berbekal sejumlah list pertanyaan yang siap ditujukan kepada masyarakat, saya dan beberapa rekan lainnya mulai mencari “target” yang siap menerima pertanyaan dan sedikit edukasi dari sejumlah ilmu yang sudah kami dapatkan di bangku perkuliahan.
Pertanyaan dan edukasi yang paling saya ingat adalah seputar penggunaan antibiotik. Saya sempat menganggap remeh hal ini, karena lingkungan keluarga saya sangat aware dengan penggunaan antibiotik ini sendiri. Kami sudah cukup teredukasi bahwa antibiotik hanya bisa dibeli dengan menggunakan resep dokter dan harus dikonsumsi sampai habis.
Ternyata, tidak semua orang memahami aturan pakai dari antibiotik ini. Beberapa di antaranya menganggap bahwa penggunaan antibiotik sama saja sepeti penggunaan obat golongan lainnya, bisa dihentikan ketika gejala mulai hilang.
Padahal, penggunaan antibiotik tanpa resep dokter akan meningkatkan kemungkinan terjadinya resistensi loh! Nah, kalau bakteri sudah resisten, maka akan sulit untuk menentukan jenis terapi selanjutnya karena bakteri yang ada di dalam tubuh seseorang sudah kebal terhadap antibiotik yang sudah biasa ia konsumsi.
Tidak Semua Masyarakat Mau Diedukasi
Tidak Semua Masyarakat Mau Diedukasi (indahladya.com) |
Hal yang menjadi perhatian saya selanjutnya adalah pengalaman penolakan dari masyarakat. Yes, I’m not kidding, ditolak itu sakit loh! Hihi. Ternyata, tidak semua masyarakat aware terhadap penggunaan obat-obatan ini, bahkan beberapa di antaranya menyepelekan hal ini sehingga menolak ketika kami akan melakukan sedikit edukasi terhait hal tersebut.
Tidak perlu diambil hati, karena nyatanya dengan terjun langsung ke masyarakat maka akhirnya saya mengetahui bahwa pekerjaan seorang apoteker untuk melakukan konseling tidak semudah yang saya bayangkan. Bagaimana mungkin saya bisa lupa dengan pengalaman berharga seperti ini bukan?
Pemilihan Diksi yang Tepat Ketika Berkomunikasi Dengan Masyarakat
Pemilihan Diksi yang Tepat Ketika Berkomunikasi dengan Masyarakat (indahladya.com) |
Poin yang tidak kalah penting selanjutnya adalah pemilihan diksi. Bagaimana mungkin ketika kita akan melakukan edukasi terkait informasi obat ke masyarakat tapi justru menggunakan kata-kata ilmiah seperti metabolisme, onset, toksisitas, dan masih banyak lagi kata-kata lainnya yang sulit untuk dicerna oleh masyarakat pada umumnya.
Mungkin kata-kata di atas tidak menjadi masalah bagimu karena sudah sangat sering kamu temui sehari-hari di bangku perkuliahan. Namun, bagaimana dengan masyarakat awam? Apakah kalian yakin mereka mau diajak ngobrol dengan istilah-istilah aneh seperti itu?
Saya masih ingat ketika saya menyebutkan kata “resisten” ketika akan mengedukasi terkait akibat yang akan didapatkan jika menggunakan antibiotik secara sembarangan. Saya pikir istilah resisten ini sudah cukup umum, nyatanya masih juga beberapa masyarakat yang belum memahami istilah “resisten” ini sendiri.
Dengan memutar kembali otak saya, akhirnya saya menemukan kata yang lebih mudah diterima oleh masyarakat, yaitu “kebal”. Yes! Setelah menggunakan kata ini ternyata masyarakat menjadi lebih mudah untuk memahami penjelasan yang saya berikan. Hmm, poin ini termasuk poin yang paling tricky sih menurut saya.
Motivasi Untuk Melanjutkan Studi Profesi
Motivasi Untuk Melanjutkan Studi Profesi (indahladya.com) |
Sejak menjadi mahasiswa S1 Farmasi kemarin, saya sudah sering sekali dihujani dengan berjuta pertanyaan mengenai informasi obat. Hal yang membuat jantung saya kembali berdetak lebih kencang sih ya kalau yang nanya justru orang yang gak begitu dekat dengan saya, seperti dapat ujian lisan mendadak.
Saya tidak pernah merasa ilmu yang saya dapatkan cukup sampai di sini saja. Meskipun awalnya saya mengira bahwa saya adalah satu-satunya mahasiswa yang merasakan hal yang demikian. Namun, nyatatanya nggak juga. Masih banyak mahasiswa S1 Farmasi lainnya yang mengalami keluhan seperti yang saya alami.
Perihal satu demi satu pengalaman yang saya alami di atas, maka hal ini memotivasi saya untuk terus meng-upgrade ilmu farmasi yang saya miliki. Karena yang namanya ilmu kesehatan akan terus berkembang toh?
Seperti halnya beberapa informasi yang saya share di blog pribadi saya saat ini. Saya menyadari betul bahwa masih banyak kekurangan dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat lebih banyak. Entah perihal pemilihan kata yang kurang bisa dipahami, atau topik yang saya gunakan terlalu berat untuk sebagian orang.
Dengan menyadari berbagai kekurangan tersebut, maka hal ini memotivasi saya untuk melanjutkan studi profesi saya saat ini. Mungkin memang kita tidak akan pernah merasa cukup mengenai ilmu yang kita dapatkan saat ini. Namun, berdiam diri tanpa terus menambah pengetahuan daripadanya justru tidak akan memberikan suatu hasil apapun.
Demikian sedikit pengalaman singkat yang mungkin bisa memotivasi para pejuang apoteker lainnya. Jangan lupa untuk meluruskan niat dan terus memberikan afirmasi positif kepada diri pribadi bahwa kita selalu memiliki kesempatan untuk bermanfaat terhadap orang banyak. Selamat berjuang!
IndahLadya
Baca Juga :
Yuk, Kenali Obat Off-Label dan Contoh Obatnya!
Aturan Penggunaan Air Putih Untuk Mengonsumsi Obat
Yuk, Kenali 3 Jenis Obat Tradisional!
Informasi nya sangat bermanfaat buat pejuang apoteker
BalasHapusHmm, bener, terjun langsung ke masyarakat tidak pernah mudah, ya. Apalagi masyarakat awam (seperti saya). Tapi tetap ada hikmahnya, bertemu dg yg "berbeda" justru memperluas sudut pandang kita. 🙏😌
BalasHapusaku jg pernah terjun langsung ke masyarakat u/edukasi ttg pernikahan dini & KB. ada yg bisa menerima, ada jg yg tdk. bnyk tantangannya krn smua pny pandangan masing2 ttg apa yg kita smpkan. tp bisa mjdkan ilmu baru u/kita & membuat kita semakin trs belajar.
BalasHapusinformasi baru buat saya ini, mbak. jadi refleksi diri deh, selama ini kalau beli obat enggak benar-benar memperhatikan. salut buat apoteker yang sabar banget menjelaskannya.
BalasHapusBener, kadang suka sulit kalau mau mengedukasi sesuatu ke masyarakat langsung. Tapi ga apa-apa, pelan-pelan aja ya mba. Apalagi soal obat-obatan, yang kadang masih dianggap sepele. Padahal obat-obatan gini bahaya kalau ga digunakan dengan tepat
BalasHapusAyoo mba, lanjut profesi. MasyaaAllah ilmu nya ini sangat bermanfaat sekali. Berapa banyak masyarakat indonesia yang masih harus terus di edukasi qgar tidak bermudah2an dalam penggunaan obat keras.
BalasHapusIya walaupun sudah lulus tetap harus rajin baca literatur dan berita ya untuk mengikuti perkembangan farmasi yang begitu cepat..
BalasHapusSelamat berjuangan mba! memang bener ya kalau ga semua orang mau di edukasi,apalagi kalau kita dianggap tidak berpengalaman karena lebih muda. Semangat mba!
BalasHapusDengan tulisan Mbak Indah makin diingatkan bahwa semua ada ilmunya ya mbak, dari hal ilmiah penggunaan obat sampai non ilmiah yaitu interaski dengan orang lain agar memahami apa yang kita sampaikan. Semangat menimba imu mbak
BalasHapus