Gak Produktif Selama Pandemi, Apa Salahnya?
Gak Produktif Selama Pandemi, Apa Salahnya? (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Akhir-akhir ini aku dihadapkan dengan beberapa keluh kesah sebagian orang yang mengatakan bahwa ia merasa menjadi pribadi yang jauh berbeda setelah melewati pandemi yang tak terasa menyertai hingga ke ujung tahun 2020 ini.
Sebenarnya tidak ada yang salah dari semua keluh kesah yang ia ungkapkan, karena semua merasakan beban dan penderitaan yang sama, semua merasakan kerasnya berjuang untuk bertahan di tengah pandemi kali ini.
Jika di awal tahun 2020 lalu kita dihadapkan dengan beberapa reaksi kepanikan banyak orang hingga memborong begitu banyak kebutuhan pokok, maka di penghujung tahun 2020 ini kita dihadapkan dengan sebagian orang yang mungkin sudah muak dengan hiruk pikuk pandemi yang tiada berakhir hingga detik ini.
Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?
Jika kita meluangkan waktu sedikit untuk kembali bertanya pada diri sendiri, coba renungkan hal ini, “mengapa kita terlalu larut dalam penyesalan?”. Satu pertanyaan tadi mestinya sudah membuka pikiranmu sedikit demi sedikit untuk mengartikan masalah utama yang membuatmu bisa se-tertekan ini.
Beberapa di antara kita pasti pernah berpikir, “duh nyesel kan, coba aja kalau dilakuin sebelum pandemi!”. It’s okay, manusiawi. Ketika kita dihadapkan dengan suatu permasalahan, biasanya kita malah melempar balik permasalahan itu dengan cara menyalahkan keadaan yang ada. Padahal, siapa yang bisa mengira bahwa pandemi yang tak pernah diharapkan kehadirannya ini bisa mengubah kehidupan kita jauh 180 derajat seperti ini?
Ada banyak sekali kesalahan-kesalahan yang kita lakukan ketika “mencoba” untuk menghadapi pandemi kali ini. Berikut ini beberapa di antaranya :
Membandingkan Kehidupan Pra Pandemi
Membandingkan Kehidupan Pra Pandemi (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Media sosial saat ini seolah semakin memperjelas kesenjangan sosial yang ada. Sebagian orang di tengah pandemi saat ini masih bisa melakukan pekerjaan mereka seperti biasanya, terlebih ketika pemerintah sudah mulai memberlakukan New Normal.
Di sisi lain, masih banyak saudara kita yang harus kehilangan pekerjaannya sebagai dampak dari pandemi kali ini. Jadi ya, boro-boro mau “tetap produktif” seperti yang digembor-gemborkan banyak orang saat ini.
Menurutku pribadi, produktif atau nggaknya seseorang ya cuma bisa kamu sendiri yang menilai. Kalau kamu membandingkan kegiatanmu saat ini dengan kegiatan pra pandemi ya wajar saja gak bakal bisa sama persis toh. Mau sampai kapan menghukum diri sendiri dengan mengecap dirimu sebagai orang yang tidak produktif?
Terlalu “Larut” dalam Berita Korban
Terlalu "Larut" Dalam Berita Korban (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Empati mungkin saja diperlukan ketika mengetahui kasus pandemi yang kian meningkat setiap harinya. Namun, jika kamu terus terlarut dalam berita menyeramkan seperi itu, maka secara tidak langsung sudah membuat dirimu menjadi parno sendiri kan?
Aku setuju bahwa waspada itu penting, sangat penting malah. Namun, bentuk kewaspadaan yang bagaimana yang harus kita terapkan, ini yang menjadi permasalahannya.
Jujur saja, aku dulu adalah orang yang sangat mengikuti berita pandemi ini hingga ke akar-akarnya, gak bisa istirahat dikit pasti nih tangan gatel pengin tahu berapa peningkatan kasus di setiap harinya. Namun, makin kesini ternyata hal ini bikin aku jadi pusing sendiri dan malah menyebabkan gejala psikosomatis.
Beberapa kali aku merasakan gejala seperti lidah tiba-tiba pahit, kepala tiba-tiba pusing, atau tubuh yang tiba-tiba meriang. Padahal, bisa dibilang bahwa aku gak pergi kemana-mana saat itu. Mengapa hal ini bisa terjadi? Yap, psikosomatis!
Ketika aku kembali menenangkan pikiranku, ternyata keesokan harinya udah sehat kembali, malah kadang bingung, “kemarin itu aku kenapa ya?”. That’s why, mencari tahu itu boleh, tapi kalau udah terlalu berlebihan malah mengundang masalah lainnya guys! Hehe.
Berandai-andai yang Berlebihan
Berandai-Andai yang Berlebihan (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Kesalahan berikutnya yang sering dilakukan sebagian orang, termasuk aku pribadi, yaitu berandai-andai. Sama halnya dengan berandai-andai “ah, coba saja aku melakukan ini sebelum pandemi, pasti hasilnya lebih maksimal!”. Trust me, it’s not good.
Lagi pula perandai-andaian seperti ini malah membuatmu semakin merasa terpuruk dan terus menyalahkan keadaan yang ada. Dengan kamu berandai-andai pun, tetap saja gak ada hal yang bisa kamu ubah, kecuali kamu berusaha mencari solusi dari hal tersebut. Just act then!
How To Solve This Problem
Bagaimana? Sudah mulai terbuka pikirannya mengenai permasalahan yang kamu hadapi saat ini? Oke, maka kali ini saatnya untuk menyelesaikan inti permasalahannya.
Tetap Tenang
Tetap Tenang (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Poin utama yang dapat membuat tetap bertahan dalam situasi pandemi saat ini adalah dengan mencoba untuk tetap tenang. Tenang bukan berarti tidak waspada loh ya! Waspada sih penting, jangan keluar rumah kalau gak penting-penting amat, disiplin physical distancing ketika memang harus keluar rumah
Dan yang harus jadi perhatian khusus sih jangan lupa ketika keluar rumah itu fasilitas wastafel dan sabun antiseptik yang disediaan di tempat umum digunain yah! Jangan dianggurin weh! Hehe.
Afirmasi Positif
Mengubah Sudut Pandang (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Beri afirmasi positif terhadap dirimu sendiri. Hindari pikiran-pikiran negatif yang justru akan memperburuk kesehatan mentalmu. Karena kesehatan itu lebih kurangnya dipengaruhi oleh pikiran guys! Gak mau kan pada ngerasain psikosomatis kayak yang aku jelasin tadi?
Mengubah Sudut Pandang
Mengubah Sudut Pandang (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Last but not least, hal yang terpenting selanjutnya adalah mengubah sudut pandang. Mungkin jika kita lihat dari kacamata penyesalan, maka bakalan banyak banget hal yang bisa kamu sesali saat ini. Namun, jika kita lihat dari sisi lain, seperti halnya kedekatan keluarga yang kembali terjalin berkat Work From Home yang diterapkan kemarin, apakah belum juga cukup untuk membuat kita bisa bersyukur?
Kesehatan menjadi hal yang utama saat ini guys! Gak perlu membandingkan produktivitasmu dengan produktivitas orang lain. Percayalah bahwa semua orang pasti memiliki sisi peliknya masing-masing yang kadang gak terbaca oleh pandangan kita.
Jika kamu masih diberi kesempatan untuk dapat berkumpul bersama orang-orang terkasih, maka bersyukurlah, siapa tahu setelah pandemi ini justru momen kebersamaan inilah yang akan membuatmu menangis ketika mengenangnya nanti. Cobalah untuk memandang segala sesuatu dari sisi terbaiknya, you’ll find your live much better than before!
IndahLadya
Aku seorang clean freak 🙂 jauh sebelum pandemi, segala sesuatu aku cuci, gak hanya tangan, semua barang baru pakai sebentar kucuci 😄 lalu ketika anjuran PHBS ramai dilaksanakan, aku melihat orang2 menjadi clean freak juga karena takut Covid-19. Tapi aku justru tidak menjadi lebih clean freak daripada sebelumnya. Menghadapi pandemi, aku lebih mengutamakan kestabilan jiwa, bagaimana agar tidak paranoid. Syukurlah sampai hari ini aku bisa melewati hari2ku 🙂 tetap jaga kebersihan dan kesehatan dgn cara seperti dulu, dan menjaga kesehatan jiwa di antaranya dengan menghindari debat negatif di linimasa medsos dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta
BalasHapusbetul mbak, kesehatan jiwa juga jadi hal yang penting saat ini, se nggaknya kita tetap ikutin protokol kesehatan tapi jangan sampe paranoid :)
HapusQodqrulloh wa ma sya'a fa'al. Allah sudah menakdirkan dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan. Stimulus masalahnya sama tapi respon setiap orang beda2. Semoga kita termasuk orang yang bisa memberikan respon positif ya mba.
BalasHapusaamiin, iya mbak, sebenarnya masalah ini kembali lagi dengan bagaimana kita menyikapinya ya :)
HapusBersama kesulitan ada kemudahan. Merasa bingung, sedih dan gelisah krn tidak lagi produktif di masa seperti ini memang manusiawi. Waktunya kita mengerahkan segala daya upaya untuk tetap survive. Barengi dengan doa dan keyakinan serta sikap yang positif semoga kita bisa melewati dengan baik.
BalasHapusbetul mbak, karena bertahan disaat seperti ini sudah lebih dari cukup ya :)
HapusKadang kita emang paling sulit lawan diri sendiri, kaya ngerasa menyesal ga lakuin apa-apa pas paandemi itu salah satunya. Intinya tetel tenang dan ambil sisi positifnya ya mba. Aku dulu juga panik, habi megang apa-apa semprot handsanitizer huhu
BalasHapusIya mbak, mungkin saat ini kita lebih ke tetep patuhi protokol kesehatan, tapi kudu memperhatikan kestabilan kesehatan jiwa juga, hehe
HapusNew normal memang harus diterapkan dan dibiasakan. Setuju sekali dengan tulisanmu, mbak.Mau tidak mau realita harus dihadapi tanpa merasa terpuruk namun semangat untuk mengatasinya.
BalasHapuskarena kita pun belum tau kan ya mbak masa new normal ini sampe kapan, ya alhasil kudu bersabar dan tetep positive thinking, hehe
HapusBuat mereka yg sangat produktif sampai lupa waktu, pandemi ini seperti di ingatkan untuk beristirahat sejenak. Memberi kesempatan kepada tubuh dan pikiran untuk leyeh-leyeh sebentar.
BalasHapusjadi punya banyak waktu buat berkumpul bersama keluarga juga kan ya mbak :)
HapusPandemi ini menjadi pukulan buatku karena kerjaku ke luar kota. Awal tahun dulu rasanya sesak sekali di rumah terus. Rasanya nggak produktif sama sekali. Akhirnya, aku memberanikan diri berbelok arah sedikit biar dapur tetap mengepul..hehe. Syukurlah sekarang malah menikmati kerja di rumah :)
BalasHapusWah, saya banyak dapat cerita yang seperti ini juga nih. Yang awalnya biasa dikit-dikit keluar rumah eh malah jadi nyaman #dirumahaja karena kebiasaan dari psbb kemarin, hihi.
Hapuspandemi saat ini memang mampu mengubah banyak hal...pola pikir, kebiasaan, aktivitas..pada akhirnya setiap orang harus mampu menyikapi semua kejadian dengan baik dan berpikir positif...agar hasil akhir yang terjadi juga positif❤️🥰
BalasHapusYap, betul mbak, kudu semangat menjalani hari-harinya, hihi
Hapus