Tren Baby Shaming
Tren Baby Shaming (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
“Moms, coba deh hidungnya si dedek dipencet-pencet, pesek banget keliatannya”
“Moms, kok si dedek kurus banget? Gak dikasih makan ya?”
“Moms, si dedek iteman ya sekarang?”
Guys, pernahkah kalian menemukan kalimat-kalimat menyakitkan di atas? Oh, c’mon, aku yang bukan sebagai ibunya pun ngerasa sakit hati setiap ada orang yang mengutarakan kalimat tidak mengenakkan tersebut. Hal ini biasa disebut dengan baby shaming.
Jika body shaming adalah suatu kegiatan yang mengomentari keadaan fisik dan tubuh seseorang, maka baby shaming adalah hal yang sama, tetapi ditujukan untuk seorang bayi/anak yang masih kecil.
Gak Ada Orang Tua yang Gak Sayang Sama Anaknya
Gak Ada Orang Tua yang Gak Sayang Sama Anaknya (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Tren baby shaming ini sebetulnya sudah sangat lama menjamur dan bercampur baur dalam kehidupan masyarakat saat ini. Satu hal yang ingin aku tanyakan padamu, tidak lelah kah hidupmu untuk mencampuri urusan hidup orang lain? Apa lagi jika hal ini sudah menyangkut masalah anak.
“Kan saya niatnya baik, cuma ngingetin loh ya!”
I know, satu kalimat jitu ini pasti akan selalu menjadi tameng agar kamu tetap bisa bersembunyi di balik aksi baby shaming ini. But, please, relakah dirimu jika hal ini justru berbalik pada anakmu sendiri?
Setiap orang tua pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. Jika mereka masih normal, tentunya tidak mungkin ada orang tua yang membiarkan anaknya tidak makan hingga akhirnya kurus seperti semua yang kalian tuduhkan.
You Hurt Her Feeling
You Hurt Her Feeling (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Semua orang tua di dunia ini tidak mungkin ada yang rela anaknya disakiti oleh orang lain, dan apakah baby shaming ini menyakiti? Tentu saja, bagaimana mungkin seorang ibu akan bersikap “biasa-biasa saja” jika ada orang lain yang tega menjelekkan anak mereka?
Sebagai anak yang masih polos, seorang baby mungkin belum mengerti bagaimana rasanya dikatain “pesek”, “jidatnya lebar”, “badannya kurus”, dan masih banyak lagi kalimat menyakitkan lainnya. Namun, bagaimana dengan orang tua mereka? Terutama ibunya yang sudah mengandung, melahirkan, hingga membesarkannya dengan sedemikian rupa. One thing you should know is, his mom already loves him even before he was born.
Mungkin beberapa orang akan meragukan kalimat-kalimat pada artikelku kali ini karena sejujurnya aku belum pernah merasakan bagaimana menjadi seorang ibu. Namun, aku punya ibu yang hebat, seorang ibu yang menceritakan bagaimana marahnya ketika ada seseorang yang mencoba menyakiti anaknya.
Ibuku pernah berkata padaku, “coba deh bayangin, orang tua yang penyabar sekalipun gak bakal tega liat anaknya disakitin sama orang lain, pasti jadi marah juga.” And I realize it then. Sebesar itu kasih sayang orang tua pada anaknya.
And here I am, sebagai seseorang yang ingin berbagi motivasi dan apresiasi kepada para ayah dan ibu yang hebat di luar sana, maka berikut ini beberapa hal yang bisa diterapkan jika si anak terkena baby shaming.
Tidak Terlalu Cepat Terpengaruh
Tidak Terlalu Cepat Terpengaruh (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Aksi baby shaming ini biasanya tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Pelaku baby shaming pada media sosial ini biasanya berlindung di balik fake account miliknya. Hmm, jika mereka saja sudah pakai fake account, maka tidak perlu kita tanggapi ya orang-orang yang seperti ini. Dan jika sudah sangat mengganggu, kita bisa melaporkannya ke pihak berwajib loh!
Jangan Menyalahkan Diri Sendiri
Jangan Menyalahkan Diri Sendiri (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, jika kamu mengalami baby shaming, maka kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Gak ada yang salah dengan anak yang “katanya” kurus, kalau kamu yakin telah memberikan makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka kamu tidak perlu khawatir lagi dengan tuduhan-tuduhan orang yang tak bertanggung jawab ini.
Fokus pada Anak
Fokus Pada Anak (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Nah, poin selanjutnya adalah harus fokus pada anak. Jangan biarkan tindakan baby shaming ini membuatmu down. Bangunlah kedekatan yang lebih baik dengan anakmu. Just remember that your child isn’t her bussiness. Terimalah semua kekurangan dan kelebihan anakmu, perhatikan setiap tumbuh kembangnya dan buatlah ia menjadi sosok anak yang lebih percaya diri ke depannya.
Terkhusus untuk pelaku baby shaming yang mungkin membaca artikelku saat ini, please, mengingatkan seseorang bisa dilakukan tanpa menggunakan kalimat negatif yang justru akan menyakitinya. Dan satu hal lagi, bahwa kamu tidak pernah punya otoritas untuk mengatur bagaimana seorang ibu dalam menentukan pilihan yang terbaik untuk bayinya. Just be wise to your social media!
IndahLadya
Baca juga:
Bahaya Child Shaming yang Perlu Diwaspadai
Peran dan Tantangan Orang Tua Selama Masa Pandemi Covid-19
Mengenal Pola Asuh 'Helicopter Parenting'
Entah disadari atau tidak memang baby shaming ini kerap terjadi. Miris.
BalasHapusiya mbak, terkadang tanpa disadari yaa
HapusJahat banget emang :( Defisit empati
BalasHapusiya mbak, saya pun sedih jadinya :(
HapusPingin nyubit deh ginjalnya tuh orang yang suka baby shaming
BalasHapushahah, saya pun geram mas
HapusSering banget denger orang dewasa yang baby shaming. Orang tuanya kalau dengar pasti sakit hati dong. Harusnya kita jaga lisan, saling jaga perasaan :(
BalasHapusNah, betul, karena gak semua orang tua bisa "udahlah gak usah dipikirin" ya mbak :)
Hapusapalagi kalau ada dua saudara yang sama-sama memiliki baby, seringnya dibandingkan.
BalasHapusaku yang denger aja suka kesel banget.
jahat betul yang ngebanding-bandingin gitu :(
HapusTidak hanya baby shaming, skrg mah body shaming memang seperti sdh menjadi kebiasaan..
BalasHapusBahkan mungkin tnp kia sadari jg pernah melakukannya
iya mbak, tapi menurut saya baby shaming ini masih sedikit yang menyuarakan. Sebagian orang masih menganggap hal ini biasa :)
HapusUdah jadi makananku sehari2 mba. Anakku dibilang pesek, kurus. Aku bales senyuman aja.
BalasHapusSaya ikut sedih dengernya mbak :( Semangat terus ya mbakk!!
HapusBaru tau ternyata ada baby shaming juga..
BalasHapusArtikelnya keren, Kak..
Semoga di luar sana yang melakukan baby shaming ini bakal berhenti
iya mas, konsepnya sama dengan body shaming, objeknya saja yang berbeda :)
HapusWkwkkw anakku nih biasanya, "dipencetin dong idungnya kalo abis mandi" . Yodah sih ngga perlu dibaperin juga :p
BalasHapusSayangnya gak semua orang bisa gak sebaper mbaknya, mbak 😅
Hapussetuju banget. Bahkan pelaku baby shaming nggak cuma orang tua, kadang anak-anak juga melakukan baby shaming.
BalasHapusIya mas, mungkin perlu edukasi lebih lanjut yaa mengenai hal ini
HapusHihi kadang emang orang yang ngatain begitu tidak sadar ya. Sulit memang:(
BalasHapusMasih dianggap sangat "biasa aja" ya mbak baby shaming ini 😅
HapusWaduh, iya ih .. Sering banget denger ini . ..
BalasHapusIya mbak, tapi beberapa orang gak sadar kalo ini termasuk baby shaming, hehe
HapusBetul
BalasHapusDan yang melakukannya seperti tidak merasa bersalah sama sekali.
BalasHapusMereka menganggapnya hal yang biasa mbak 😅
HapusKetika mulut dan hati tidak bisa berkomunikasi, maka hilanglah empati
BalasHapusThat's why pentingnya membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa ya mbak 😅
Hapus