Mengenal Pola Asuh 'Helicopter Parenting'
Mengenal Pola Asuh 'Helicopter Parenting' (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Pernah dengar istilah helicopter
parenting? Helikopter kan yang terbang-terbang di udara, terus apa
hubungannya nih sama dunia parenting?
Sesuai namanya, helicopter parenting
adalah pola asuh ketika orang tua terlalu berlebihan dalam menjaga anaknya.
Pada helicopter parenting ini, orang tua
akan mengawasi setiap aspek kehidupan anak mereka secara konstan sehingga
diibaratkan seperti baling-baling pada helikopter.
Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, baik dengan
cara melindungi ataupun memastikan bahwa semua hal yang berkaitan dengan
anaknya berjalan dengan baik. Namun, jika upaya melindungi ini terlalu
berlebihan, maka hal ini bisa menyebabkan beberapa dampak buruk, yang mana
disebut sebagai helicopter parenting,
atau yang biasa kita kenal dengan overprotective parenting.
Nah, setelah mendengar kata overprotective parenting, pastinya kita bisa
lebih ngeh kan? Helicopter parenting ini pertama kali saya dengar ketika mengikuti
kelas speaking yang membahas mengenai beberapa idiom, salah satunya ya helicopter parenting ini. Hal inilah
yang membuat saya ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana sih pola asuh yang
disebut sebagai helicopter parenting
ini.
Dampak Negatif Helicopter parenting
Dampak Negatif Helicopter Parenting (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Istilah helicopter parenting ini
muncul bersamaan dengan istilah generasi milenial atau kids jaman now. Pola
asuh ini memiliki kecenderungan mirip helicopter yang melayang-layang di atas
anak dan segera menukik untuk menyelamatkannya ketika terjadi suatu masalah pada
anak tersebut (id.theasianparent.com).
Pola asuh helicopter parenting
dapat disebabkan oleh rasa khawatir yang berlebihan oleh orang tua terhadap
anak. Rasa khawatir ini bisa ditinjau dari beberapa aspek. Contohnya, keinginan
agar anak selalu terlihat sempurna, seperti mengerjakan PR atau tugas prakarya
si anak hanya untuk memastikan ia mendapatkan nilai yang sempurna dalam tugas
sekolahnya tersebut.
Contoh lainnya seperti membayangi si anak dengan cara mengatur lebih jauh
siapa yang pantas menjadi temannya dan tidak memperbolehkan anaknya tersebut
untuk bermain sendirian tanpa pengawasan dari orang tuanya. Nah, ternyata
se-simpel ini sudah bisa disebut sebagai helicopter
parenting ya? Hehe.
Meskipun mungkin maksud dari orang tua yang menerapkan pola asuh helicopter parenting ini adalah baik.
Namun, apabila hal ini membuat anak merasa terlalu dikekang, maka akan
menyebabkan beberapa dampak negatif, seperti halnya di bawah ini.
Anak Menjadi Kesulitan Dalam
Menyelesaikan Masalah
Hal ini dapat disebabkan oleh pola asuh helicopter
parenting yang membuat orang tua terus membayangi anak dalam segala aspek,
terutama ketika ia mendapatkan suatu masalah. Pada akhirnya, ketika orang tua
tersebut berhalangan hadir atau memiliki kesibukan lain ketika si anak mendapatkan
masalah, maka hal ini dapat menyebabkan si anak kesulitan dalam menyelesaikan
masalah yang ada.
Anak Menjadi Mudah Cemas
Pola asuh helicopter parenting
yang membuat anak selalu diawasi oleh orang tua mereka akan membuat mereka
merasa terbebani secara batin. Hal ini dikarenakan timbulnya rasa khawatir dan
cemas akibat rasa takut akan kegagalan yang mungkin akan mengecewakan orang
tuanya tersebut.
Anak Menjadi Tidak Mandiri
Kalau yang ini sih sudah jelas ya. Anak dengan pola asuh helicopter parenting akan mengalami
kesulitan untuk menjadi sosok yang mandiri. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan
oleh orang tua mereka justru akan membuat mereka ketergantungan pada
fasilitas-fasilitas tersebut. Padahal, pada akhirnya si anak ini tetap harus
menjadi mandiri terutama ketika ia dewasa nanti dan memiliki tanggung jawab
atas dirinya pribadi.
Helicopter parenting, Tidak Selamanya Buruk
Helicopter Parenting, Tidak Selamanya Buruk (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Sebagaimana pola asuh helicopter
parenting yang diidentikkan dengan pola asuh yang terlalu “ikut campur”
dalam masalah anak, pola asuh ini akhirnya dipersepsikan sebagai pola asuh yang
terlalu mengatur anak lebih jauh. Namun, meskipun selama ini dikonotasikan
sebagai hal yang cenderung negatif, ternyata pola asuh helicopter parenting ini juga memiliki sisi positifnya loh dari
beberapa ahli.
Salah satu penulis yang juga seorang ibu, Yolande Bariel, mengungkapkan
dalam artikelnya di Golden State
Newspapers, pola asuh helicopter
parenting tidaklah buruk. Barial menjelaskan, bahwa mengatur dan membimbing
anak-anak merupakan gagasan yang baik (lifestyle.kompas.com).
Apabila diterapkan dengan cara dan timing
dan tepat, sebenarnya pola asuh ini justru akan meningkatkan bonding antara anak dan orang tua.
Seperti halnya sebagian orang tua yang selalu siap menjadi pendengar keluh
kesah si anak. Hal ini tentunya akan membuat anak tersebut memiliki kepercayaan
penuh terhadap orang tuanya sehingga tidak mencari solusi lain yang mungkin
justru akan menyebabkan ia terjebak dalam masalah yang lebih besar.
Pola asuh helicopter parenting
ini juga akan membuat anak menjadi lebih terbuka pada orang tua mereka yang
justru akan mempermudah terbangunnya hubungan positif dari suatu hubungan anak
dan orang tua, sehingga dapat membantu kesuksesan mereka dalam jangka waktu
panjang.
Cara Mencegah Dampak Negatif
Cara Mencegah Dampak Negatif (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Dengan segala sisi positif dan negatifnya, pada dasarnya pola asuh helicopter parenting ini pastinya
diterapkan oleh sebagian orang tua bukan tanpa alasan. Pastinya ada alasan yang
mendasari apa penyebab mereka memilih untuk menjadi “orang tua helikopter” tersebut.
Nah, untuk mencegah dampak negatif yang dihasilkan dari pola asuh helicopter parenting ini, beberapa tips
di bawah ini mungkin akan membantumu loh!
Mengatur Timing yang Tepat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, timing yang tepat merupakan kunci utama dari keberhasilan pola asuh
helicopter parenting yang baik.
Sebagai orang tua yang baik, seharusnya mengetahui kapan orang tua harus ikut
campur dalam masalah anaknya, dan kapan harus tidak ikut campur.
Seperti halnya dalam mengerjakan PR, orang tua yang baik akan berusaha
menjadi guru bagi anak-anaknya. Cukup ajarkan caranya lalu mintalah anak
tersebut untuk mengerjakannya sendiri. Selain melatih diri untuk menjadi lebih
mandiri, hal ini tentunya akan membentuk karakter anak agak mampu menyelesaikan
masalah-masalah lebih besar yang mungkin akan ia hadapi di kemudian hari.
Mencari Tahu Bakat Anak
Orang tua yang menerapkan pola asuh helicopter
parenting ini biasanya cenderung memilihkan apa yang seharusnya disukai
oleh si anak. Mulai dari jenis les yang ia ambil, alat musik yang harus ia
pelajari, bahkan tak jarang beberapa orang tua yang terlalu mengekang si anak
untuk menjadi suatu profesi pilihan orang tuanya.
Nah, bukankah hal ini akan mengakibatkan timbulnya rasa stres pada si anak?
Bahkan anak akan cenderung merasa cemas dan khawatir karena takut bahwa dirinya
tidak memenuhi ekspektasi orang tuanya tersebut. Hmm, hayo yang senyum-senyum
sendiri itu kenapa? Ngena banget ya? Hehe.
Untuk mengantisipasi terjadinya hal ini, maka perlu komunikasi yang baik
antara orang tua dan anak agar orang tua lebih mengetahui apa yang sebenarnya
anak tersebut sukai. Dengan menjadi pendengar yang baik, maka akan
meminimalisir kesalahpahaman antara anak dan orang tua toh? Orang tua gak dongkol, anak pun happy.
Mempercayai Anak untuk
Menjelajahi Dunianya
Sebagaimana anak di usia pertumbuhan yang cenderung memiliki rasa ingin
tahu lebih jauh, maka sebetulnya hal ini perlu kita sebut sebagai hal yang
wajar. Sebagai orang tua juga pernah mengalami hal ini, kan? Nah, pemahaman
akan rasa ingin tahu si anak inilah yang perlu diterapkan sebagai orang tua.
Dengan menerapkan hal ini, maka anak akan memiliki rasa percaya diri lebih
tinggi sehingga mampu memiliki rasa tanggung jawab atas dirinya sendiri ke
depannya. Orang tua cukup menjadi seseorang yang selalu ada ketika anak
membutuhkannya, maka hal ini akan membuat terbentuknya hubungan positif antara
anak dan orang tua menjadi lebih mudah.
Meskipun terkesan sulit, tetapi ada baiknya untuk sebisa mungkin
menghindari pola asuh helicopter
parenting yang berlebihan. Karena pada dasarnya, jika si anak ini terlalu
bergantung pada kita, maka kita sendiri yang akan mengalami kesulitan ketika
ada hal-hal mendesak yang mengharuskan kita meninggalkan si anak sendirian di
rumah tanpa pengawasan langsung dari kita.
Ingatlah bahwa melindungi dan mengawasi anak memang perlu. Namun, segala
sesuatu yang berlebihan tentu tidak akan berdampak baik, bukan?
IndahLadya
Referensi :
Giasinta Angguni, 3 Tipe Helicopter Parents yang Selalu Ikut Campur Urusan Anak, Anda Tipe yang Mana?
Setuju. Melindungi yang berlebihan memang bisa bahaya.
BalasHapusIya mbak, nanti dikhawatirkan anaknya jadi selalu tergantung dgn orang tuanya kan ya 😅
Hapus