Hubungan Sosial yang Terlupakan (Olehku)
Hubungan Sosial yang Terlupakan (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Kesibukan yang ada saat ini nampaknya membuat kita menjadi merasa sedikit kesulitan ketika harus berinteraksi sosial dengan orang lain. Terutama untuk beberapa introvert sepertiku yang di masa pandemi saat ini jadi semakin meningkat jiwa penyendirinya.
Aku gak bisa bilang bahwa aku “sibuk banget”. Namun, mungkin memang aku terbiasa disiplin terhadap apa yang sudah aku jadwalkan sebelumnya. Dari kecil aku sudah dibiasakan untuk hidup sesuai jadwal, harus on time! That’s why aku sekarang marah banget kalau janjian sama orang tapi orangnya suka ngaret. C’mon, aku dulu dimarahin loh sama orang tuaku kalau aku telat.
Didikan yang sepertilah ini yang pada akhirnya membuatku terbiasa terpaku dengan jadwal. Biasanya pada pagi hari, aku menjadwalkan apa yang harus aku lakukan di hari itu. Mulai dari harus bangun jam berapa, harus mulai nulis artikel jam berapa, bahkan beberapa detail seperti harus nulis berapa artikel dan kapan harus posting di website.
Sekilas memang tidak ada yang salah dengan jadwalku sehari-hari. Namun, aku tiba-tiba ke-trigger ketika orang tuaku meminta aku untuk menemaninya pergi ke rumah keluargaku. Sudah lama sekali rasanya tidak berkunjung ke rumah keluarga sendiri. Sebagai salah satu dampak dari pandemi Covid-19 ini, aku jadi cenderung di rumah aja, bahkan aku merasa tidak punya kehidupan lain selain di depan laptop melulu.
Berkat kejadian mendadak tersebut, aku jadi ngos-ngosan harus mengubah ulang semua jadwal yang sudah aku tuliskan hingga 1 bulan ke depan. Hahah, jangan kaget. Ini karena aku punya agenda penting dalam beberapa bulan ini, that’s why aku harus menyiapkan banyak hal sebelum menuju kesana.
Sebenarnya aku bisa saja melanggar beberapa jadwalku tanpa harus mengubahnya, istilah kerennya sih cheating. But, I’m not that typical person! Sulit sekali bagiku untuk melanggar jadwal yang sudah aku buat sendiri.
Setelah aku melihat kembali jadwalku yang mengharuskan aku menulis hingga 4 artikel/hari demi sebuah agenda penting ini, aku mulai tersadar bahwa aku benar-benar tidak punya kehidupan selama ini. Aku tidak pernah menelepon untuk sekedar membicarakan hal-hal yang receh pada teman-temanku atau sekedar video call yang dapat menghapus rindu yang terpisahkan jarak sebagai dampak pandemi saat ini.
Perlahan aku menata ulang kembali jadwal yang bahkan untuk bernafas tanpa penat pun rasanya sulit. Tidak ada jeda waktu dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya Aku merasa diriku seperti robot.
Namun, apakah sekarang semua berubah 100%? Oh tentu saja tidak, jika kamu pernah berada di posisiku, maka kamu akan tahu bagaimana rasanya memiliki jiwa yang ambisius. Aku saat ini hanya berusaha meminimalisir jadwalku dan menambahkan jeda di setiap kegiatannya. Karena jika hal ini tidak aku lakukan, maka aku akan tenggelam selamanya dalam kesibukan yang sudah aku buat sendiri.
A friendly reminder for all of you guys! Kita memang boleh menjadi seseorang yang optimis, seseorang yang semua hal dalam hidupnya selalu memiliki jadwal khusus dan standar tinggi dalam setiap proses dan tahapannya.
Namun, satu hal yang tidak boleh terlupakan dalam hidup ini adalah hubungan sosial ini sendiri. Kita adalah makhluk sosial, tidak ada yang bisa memungkiri hal itu. Siapapun pasti butuh teman, bahkan seseorang yang merasa dirinya tidak butuh teman sekalipun.
(sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Dan jika kalian adalah penulis yang sama sepertiku, maka berusahalah untuk ikut dalam berbagai komunitas yang memiliki visi yang sama denganmu. Berinteraksilah disana! Karena meskipun menulis merupakan pekerjaan yang indiviual, tetapi seorang penulis juga tetap butuh teman.
Jangan lelah untuk selalu mencoba menjadi lebih baik, have a great day!
IndahLadya
Sepanjang tulisan ini, all i can say is i totally can relate! Curhatan yang sama juga aku jabarkan semua di postinganku yang seputar jadi introvert di kala pandemi, makanya relate bgt😂
BalasHapusMemang pada saat awal masa pandemi, bagiku yang juga seorang introvert kegiatan social distancing bukan perkara besar karena hal inipun sudah sering aku terapkan sehari-hari. Tapi ternyata nggak bagus juga delapan bulan lamanya terkurung dalam pikiran sendiri. Lagi-lagi cuma berkutat sama laptop. So, aku setuju banget kita harus tetap get in touch dengan saudara2, keluarga, atau sahabat sekalipun. Nggak apa-apa nggak semuanya langsung dihubungi sekaligus, minimal kita punya orang-orang yg kita percaya untuk sekadar sharing dan kita bagikan keluh kesahnya😁
Anyway, salam kenal ya mbak Indah!😄👋🏻
Wah, senang rasanya kalo ada org yg terwakilkan dgn tulisanku ini😅, semangat mbak sebagai kaum introvert, terkadang kita memang perlu menyadari dulu baru mau bersosialisasi kembali yaa, karna biasanya kita selalu nge-deny omongan orang kalo diri kita sendiri blm sadar😅
Hapus