Selasa, Oktober 27

Cita-Cita Atau Sekedar Ambisi Orang Tua? (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Cita-cita adalah salah satu cara bagaimana seseorang menentukan jalan hidupnya. Hidup di zaman modern ini tentunya akan semakin meningkatkan persaingan dalam dunia kerja, di mana jutaan orang tengah bersaing bersama dalam mencari pekerjaan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Sebagai anak muda, tentunya kita perlu untuk memiliki cita-cita yang tinggi dan sesuai dengan passion yang kita miliki.

Sebagian anak biasanya telah menentukan cita-cita mereka bahkan sejak mereka belum mengenal apa cita-cita itu sendiri. Misalnya, ketika dulu mengenyam pendidikan di bangku SD, mereka biasanya ditanyakan hal seperti “nanti besarnya mau jadi apa?”. Dan jawaban anak-anak SD tentunya akan terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya, jika mereka lahir di keluarga yang mayoritasnya masuk ke dalam rumpun kesehatan, maka mereka akan menjawab “jadi dokter, Bu guru”. Hal ini dikarenakan biasanya mereka akan memiliki cita-cita berdasarkan apa yang sering mereka lihat.

Namun, beda lagi ceritanya ketika si anak tadi mulai merasakan pahit manisnya dunia pendidikan hingga akhirnya tiba di penghujung masa SMA. Di sini mereka harus menentukan “mau jadi apa ke depannya”. Beberapa dari anak-anak ini biasanya telah memiliki alasan tersendiri ketika memilih sebuah jurusan dari universitas yang cocok untuknya. Jika ketika masih kecil mereka terpengaruh berdasarkan apa yang sering mereka lihat, maka sekarang mereka telah memiliki alasan lain.

Ada banyak sekali pertimbangan yang mereka lakukan ketika memilih suatu jurusan yang nantinya akan menghantarkan mereka pada cita-cita itu. Ada yang memprioritaskan prospek kerjanya dan ada yang memprioritaskan passion yang dimilikinya. Dan biasanya, di tahap ini mereka telah mandiri dalam menentukan apa yang seharusnya ia cita-citakan. Beberapa masukan mungkin diberikan oleh orang di sekitarnya, seperti keluarga dan rekan terdekat. Namun, keputusan tetap ada pada mereka masing-masing.

Sayangnya, tidak semua anak memiliki kesempatan yang sama. Beberapa dari mereka cenderung memiliki orang tua yang menyisakan ambisi dari masa lalu mereka. Biasanya orang tua yang seperti ini dulunya sempat bercita-cita menjadi suatu profesi, tetapi gagal. Nah, sisa-sisa ambisi yang ada inilah yang biasanya membuat para orang tua membebankan cita-cita mereka kepada anaknya.

Kenapa Orang Tua tidak Memberikan Kebebasan dalam Memilih?

Kenapa Orang Tua Tidak Memberikan Kebebasan Dalam Memilih? (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Ada banyak sekali alasan yang biasanya membuat para orang tua khawatir ketika anak mereka akan memilih cita-citanya. Ada yang khawatir nanti si anak asal pilih dan ada yang khawatir nanti ke depannya mereka mau kerja apa. Kekhawatiran-kekhawatiran seperti ini sebenarnya wajar untuk dirasakan oleh para orang tua.

Seperti yang telah kita ketahui, gak ada tuh orang tau yang gak sayang sama anaknya. Para orang tua pasti selalu mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. Namun, jika rasa khawatir ini terlalu berlebihan, maka akan menimbulkan suatu rasa untuk mendominasi dalam menentukan pilihan si anak.

Berikut ini beberapa alasan yang paling mendasari para orang tua untuk memaksakan ambisinya pada si anak.

Alasan Orang Tua Memaksakan Ambisinya Pada Anak (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Cita-Cita yang Belum Tercapai

Seperti yang sempat aku singgung di awal tadi, sebagian orang tua yang dulunya sempat bercita-cita menjadi suatu profesi tetapi gagal, akan membebankan cita-cita tersebut pada anaknya. Memang tidak semua, tetapi kebanyakan sih seperti ini ya?

Meneruskan Profesi Orang Tua

Alasan yang paling sering muncul lainnya yaitu “supaya bisa meneruskan usaha keluarga yang sudah dilakukan turun temurun”. Anak yang lahir di keluarga hukum biasanya akan didorong untuk mengambil jurusan serupa di bidang hukum, begitu pula dengan anak yang lahir di bidang kesehatan, polisi, dan lain sebagainya.

Jadi, dasar dari ambisi orang tua ini tidak selalu karena mereka memiliki cita-cita yang belum tercapai ya. Ada juga kok yang biasanya beralasan “kan keluarga kita kesehatan semua, biar mudah cari link kerjanya”. Iya apa iya?

Memandang Sebelah Mata terhadap Beberapa Profesi

Alasan yang tidak mengagetkan selanjutnya adalah ketika orang tua memandang sebelah mata beberapa profesi. Beberapa profesi yang mungkin tidak familiar dalam lingkungan mereka seperti seniman yang seringkali dianggap memiliki penghasilan sedikit dan gak jelas mau kerja apa.

Padahal, jika si anak memang memiliki passion di bidang yang ia pilih nantinya, tentu saja akan lebih mudah bagi mereka ketika menyelesaikan masalah-masalah yang akan ia hadapi ketika menggeluti profesi mereka tersebut.

Cara Mengatasi

Cara Mengatasi (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com)

Jika kalian termasuk salah satu orang yang mengalami hal demikian, maka beberapa tips di bawah ini dapat kamu terapkan untuk memberi pengertian kepada orang tuamu terhadap apa yang sebenarnya kamu inginkan.

Diskusi Dua Arah

Beberapa orang tua terkadang mengeluarkan kalimat saktinya seperti “nurut sama orang tua biar sukses!” Hmm, tidak ada yang salah sebenarnya dengan kalimat barusan. Namun, harus diletakkan pada konteks yang tepat ya! Dalam hal ini, sebaiknya harus ada komunikasi dua arah antara orang tua dan anak agar mereka bisa sama-sama legowo ketika nanti keputusan itu dipilih oleh si anak.

Kamu bisa mencoba untuk mengkomunikasikan jurusan yang kamu pilih, yang nantinya akan menghantarmu pada cita-cita yang sebenarnya. Dengarkan setiap masukan dari orang tua dan cobalah untuk memberinya pengertian.

Jangan Langsung Membantah

Salah satu cara yang salah yang biasanya dilakukan oleh sebagian anak adalah langsung membantah. Selain gak sopan, hal ini juga justru membuat orang tuamu semakin menutup mata loh terhadap apapun yang menjadi alasanmu. That’s why, masih berhubungan dengan poin sebelumnya, kamu perlu melakukan diskusi dua arah dan saling mendengarkan pendapat satu sama lain agar tercapai hasil diskusi yang optimal.

Sampaikan Tujuan dengan Jelas

Salah satu kekhawatiran orang tua ketika si anak akan memilih jurusan dan cita-citanya sendiri adalah “gak jelas nanti mau jadi apa”. Nah, di sinilah letaknya agar kamu mampu mengkomunikasikan tujuanmu ketika memilih jurusan tersebut. Jelaskan pada mereka apa yang akan kamu dapatkan dari jurusanmu tersebut dan bagaimana tujuan yang kamu miliki depannya. Jika kamu saja gak tahu tujuannya, gimana orang tua bisa yakin kan?

Terimalah Hasil Keputusan Nanti

Last but not least, berdiskusi bukan berarti kita ingin selalu menang, bukan? Jika nanti setelah melalui diskusi yang panjang dan ternyata kamu berpikir “pendapat orang tuaku ada benarnya juga ya”, don’t deny that! Cobalah untuk membuka pikiranmu dan menata kembali hatimu. Jika memang ternyata pilihan orang tuamu adalah yang terbaik, why not?

Again, gak ada orang tua yang ingin menghancurkan masa depannya anaknya. Mereka hanya khawatir nantinya anak yang mereka sudah besarkan sedemikian rupa ini kehilangan arah karena tidak memiliki tujuan yang jelas dalam menata masa depannya. How sweet!

Setiap anak pasti memiliki mimpi dan cita-citanya masing-masing. Nah, jika kamu memang memiliki suatu keinginan untuk menjadi suatu profesi tertentu, maka kejarlah! Buktikan pada mereka bahwa kamu mampu menjadi seperti apa yang kamu gembor-gemborkan sebelumnya.

Dan teruntuk para orang tua, hargailah keputusan si anak dalam menentukan masa depannya kemudian. Berikan ia waktu untuk membuktikan padamu bahwa mereka benar-benar serius dengan apa yang sudah menjadi mimpinya.

 

IndahLadya

16 komentar:

  1. sering banget terjadi cita-cita diri dengan orang tua berbeda, kalau aku lewat diskusi dua arah. jelaskan kenapa memilih ini itunya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, biar bisa sama-sama legowo, hehe

      Hapus
  2. Aku hobi menulis sejak kecil, dan orangtuaku sudah menyadari itu. Agak heran ketika aku mulai remaja, aku diarahkan u/ ambil jurusan eksakta 😄 padahal aku lebih suka belajar bahasa. Eh tapi semua yg sudah telanjur termasuk kuliah ilmu kehewanan itu gak sia2 juga bagiku. Ketika aku mantap jadi penulis, akhirnya orangtua menerima pilihanku. Semoga kelak aku juga bisa jadi orangtua yg membebaskan anak memilih cita2nya sendiri 💕 salam mbak Indah

    BalasHapus
  3. Padahal sekarang banyak juga nata pekerjaan masa lalu yg tak ada namun sekarang ada. Tapi bagaomanapun kata ortu perlu kita pertimbangkan. Karena setiap orto punya banyak pengalama

    BalasHapus
  4. Ini realita mba. Memang harus pertengahan, nasehat orangtua itu penting sekali jadi masukkan untuk anak2, di sisi lain juga orangtua harus mempertimbangkan kemmapuan anak. Jangan sampai kuliah menjadi siksaan bagi anaknya. Kalau aku secara pribadi melihat, di negara kita ini sulit kalau cuma mengandalkan passion belum bisa dibandingkan dengan negara maju di eropa, yang bisa hidup mengandalkan pilihan passion. Hidup di negara ini masih sangat keras dan kompetitif.

    BalasHapus
  5. Biasanya anak-anak mempunyai cita-cita yang berubah-ubah. Kita sebagai orang tua membimbingnya agar anak mulai fokus terhadap satu cita-cita, memberi kebebasan namun sambil mengarahkan tanpa mengekang.

    BalasHapus
  6. Mbak Indaaah, terima kasih banyak, tulisannya bagus, ini kayak jadi reminder lagi buat aku untuk enggak maksain anak-anak nantinya🥺🤗

    BalasHapus
  7. "para orangtua pasti mengusahakn yg terbaik untuk anaknya". Indeed! komunikasi dua arah itu yg terpenting, sama2 mau mendengar dan memahami. yg ngga kalah penting dr semua itu adl doa orangtua. orangtua saya membebaskan pilihan utk sekolah, kuliah dan bercita2. tp pada akhirnya, karir yg saya jalani skrg bukan termasuk yg saya cita2kan tp yg selalu ibu saya doakan dr sejak saya masih kecil. dan saya menikmati prosesnya. heheee...

    BalasHapus
  8. Yang jadi dilema adalah ketika orang tua memberi masukan untuk bekerja menjadi "sesuatu" tapi tidak melihat bakat atau kemauan dari anak. Itu yang berat.

    Impianku dari dulu adalah kelak jika aku menjadi orang tua, aku bisa mengapresiasi kemampuan anak dan memaksimalkannya, juga membagikan literasi kepada orang tua di luar sana agar paham bahwa setiap anak istimewa dan pasti punya kemampuan yang harus disyukuri.

    BalasHapus
  9. Wah bener relate, mau masuk jurusan sastra sempet ditanya "mau kerja apa nanti?" Tapi Alhamdulillah ortu selalu komunikasi dua arah seperti yg ada di tips ini, komunikasi emang penting.

    BalasHapus
  10. Saya juga termasuk anak yang dulu diarahkan orangtua untuk bersekolah dimana, ambil disiplin ilmu yang mana..pada akhirnya memang ilmu di sekolah kadang tak sesuai dengan pekerjaan yang didapat🤭 tapi waktu itu memang saya percaya bahwa setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya🤗

    BalasHapus
  11. Tulisannya bagus banget, Mba �� seringnya yang terjadi menurunkan obsesi ortu yang tidak kesampaian, semoga kita bisa jadi ortu yang bijak untuk anak-anak yaaa, aamiin

    BalasHapus
  12. salah satu tantangan jadi ortu ini hihihi. mudah2an makin kesini makin banyak ortu sadar mengenai ini

    BalasHapus
  13. Wah, kalau saya sekarang posisinya dibalik. Anak saya yang sudah, mau saya masukin pondok pesantren, gak mau. Terima kasih infonya, sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  14. Setuju Mbak, sejak sekolah anak-anak mestinya sudah mulai memikirkan ingin jadi apa dan bagaimana cara meraihnya, banyak cari informasi dan konsultasi dengan ortu, guru dan orang yang dipercaya jadi nggak ada lagi salah jurusan atau galau tentuin jurusan saat kuliah..

    BalasHapus
  15. terima kasih mbak inda, ini penting buat para orang tua baru agar nantinya nggak punya pemikiran seperti orang terdhulu, semoga kelak aku bisa lebih 'membebaskan' anakku supaya nantinya nggak ada yg dirugikan hehe

    BalasHapus

Everything About Ladya . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates