Being a Perfectionist
Being a Perfectionist (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Dewasa ini kita seringkali mendengar istilah perfeksionis. Baik di lingkungan kerja ataupun lingkungan keluarga kita sekalipun. Nah, sebenarnya udah pada tahu belum sih sama istilah perfeksionis ini sendiri?
Menurut seorang psikolog dan terapis, Jennifer Kromberg, perfeksionisme adalah sebuah dorongan dari dalam diri untuk terus menerus memiliki kehidupan yang berjalan sempurna (kejarmimpi.id).
Sederhananya, perfeksionisme adalah suatu pandangan yang dimiliki oleh seseorang yang perfeksionis yang meyakini bahwa ia harus selalu terlihat sempurna untuk dapat mencapai taraf terbaik dalam standar hidupnya.
Namun, dengan menjadi perfeksionis, maka akan ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang kamu dapatkan. Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Memiliki Standar yang Tinggi
Memiliki Standar yang Tinggi (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh seseorang yang perfeksionis adalah standar yang tinggi. Dengan standar yang tinggi ini, maka tentunya kamu bisa mendapatkan nilai yang sempurna di setiap ujian dan tugas yang kamu kerjakan. Namun, terkadang karena standar yang tinggi ini, kamu akan cenderung tidak pernah merasa puas jika belum menyentuh angka sempurna tersebut.
Cenderung Overthinking
Cenderung Overthinking (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Seseorang yang perfeksionis biasanya akan menjadi cenderung overthinking. Hal ini dikarenakan kamu membutuhkan waktu lebih dari 1 kali untuk memikirkan baik dan buruknya suatu pekerjaan yang akan kamu lakukan.
Poin plus-nya, ketika nanti di tengah progress-mu kamu memiliki masalah, maka masalah tersebut dapat secepatnya diatasi. Sisi buruknya, dengan menjadi overthinking sebelum memulai segala sesuatu, maka kamu jadi cenderung gak mulai-mulai. Hal ini di karenakan, belum apa-apa aja kamu udah mikirin yang buruk-buruknya duluan.
Kesulitan Menyelesaikan Suatu Pekerjaan
Kesulitan Menyelesaikan Suatu Pekerjaan (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Dengan berbagai pertimbangan, maka akhirnya kamu memutuskan untuk memulai pekerjaan tersebut. Nah, selama prosesnya, terkadang kamu kembali dihadapkan dengan beberapa sisi overthinking-mu yang akan selalu membuatmu bertanya-tanya, “eh yang aku lakuin ini bener gak sih?”.
Jika kamu adalah seorang penulis yang perfeksionis, maka kamu akan cenderung mengetik naskah sembari mengeditnya. Padahal, hal ini justru akan membuat naskahmu gak selesai-selesai. Pisahkanlah antara waktu untuk menuliskan idemu dan waktu untuk mengeditnya, sehingga hal ini akan menjadi lebih efisien.
Mudah Depresi
Mudah Depresi (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa seringkali seseorang yang perfeksionis kesulitan untuk merasa puas terhadap semua yang sudah ia dapatkan saat ini. Jika normalnya seseorang memiliki stage “buruk”, “lumayan”, “cukup baik”, “baik”, dan “excellent”, maka di kamus orang perfeksionis yang ada hanyalah “buruk” atau “excellent”. Jadi kalau hasil dari pekerjaanmu biasa-biasa aja, maka itu sudah menjadi suatu kegagalan bagi seseorang yang perfeksionis.
Cara Mengatasi
Cara Mengatasi (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Nah, dengan segala kelebihan dan kekurangan tersebut, kamu tidak perlu bersedih dulu. Karena masih banyak cara yang bisa dilakukan agar tetap menjadi pribadi perfeksionis yang gak berlebihan. Yuk, simak caranya berikut ini!
Berpikir Realistis
Mencoba untuk dapat berpikir realistis adalah kunci utama untuk menge-rem jiwa perfeksionismu. Kamu perlu mengamini bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini dan tidak ada salahnya untuk menghasil segala sesuatu yang biasa-biasa aja.
Terutama di masa pandemi kali ini, beberapa orang cenderung merasa stres karena tidak bisa menghasilkan income lebih baik dibandingkan masa sebelum pandemi. Namun, hal yang perlu kamu yakini saat ini adalah bertahan itu sudah lebih dari cukup. Dengan kembali melihat ke sisi kanan dan kiri kita dimana ratusan ribu orang terkena PHK, maka bersyukurlah jika kamu masih memiliki pekerjaan hingga saat ini, meskipun dengan nominal gaji yang tidak terlalu besar.
Tidak Menyalahkan Diri Sendiri
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh seseorang yang perfeksionis adalah menyalahkan dirinya sendiri. Ketika ia menghasilkan sebuah kegagalan, maka biasanya orang yang perfeksionis ini merasa stres dan selalu berpikir bahwa ia adalah penyebab dari segala kesalahan yang ada.
Namun, hal yang perlu kamu perhatikan adalah, kegagalan merupakan hal yang wajar. Belajarlah untuk mengambil hikmah dari sana. Toh, dari kegagalan ini maka kita bisa menjadi pribadi yang lebih hati-hati untuk melakukan pekerjaan setelahnya, bukan?
Berusaha Melihat dari Perspektif Orang Lain
Biasanya hal ini sering aku rasakan ketika masih duduk di bangku SMA. Aku termasuk orang yang perfeksionis dengan kategori ringan, karena aku cenderung tidak merasa puas atas apa yang sudah aku capai selama ini. Namun, setelah memasuki dunia perkuliahan, beda lagi ceritanya.
Aku mulai belajar memahami bahwa ada faktor-faktor tertentu di luar kendaliku yang tidak bisa aku paksakan. Contohnya ketika aku sudah bekerja keras untuk mendalami suatu mata kuliah eh malah cuma dapet C. Kita gak pernah tahu apa yang terjadi di balik itu bukan?
Seseorang pernah mengatakan bahwa, gak semua harus dilihat dari nilai. Jika kamu memang merasa mampu menguasai mata kuliah tersebut, maka percayalah gak akan ada ruginya kok belajar keras seperti kemarin, toh ilmunya juga kamu yang dapet, kan?
Meskipun hal ini terkadang sulit untuk kita amini, karena sistem pendidikan saat ini yang masih sangat meninggikan nilai di atas segalanya. But, that’s okay, satu hal yang perlu kamu ingat adalah, kesuksesan seseorang itu tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, masih ada ada 2 faktor lagi yang membuat kita gak bisa ikut andil di dalamnya, yaitu faktor keberuntungan dan privilege. Just think about it and be grateful then.
IndahLadya
Referensi:
Kejar Mimpi, Perfeksionis : Kelebihan Atau Kekurangan?
https://www.kejarmimpi.id/perfeksionis-kelebihan-atau-kekurangan-96.html
Walaah, kenapa ini semuanya aku alamin yaa, padahal aku ngerasa gak perfeksionis. Apa jangan2 justru memang aku perfeksionis tanpa sadar?🤧 Anehnya aku termasuk orang yg gak mau ribet, alias maunya simple aja, apalagi untuk hal-hal yg sifatnya praktikal, semacam berpenampilan. Tapi dalam urusan pendidikan atau pekerjaan, aku cenderung memang nggak puas kalau nggak melakukannya dengan sungguh2. Apa-apa harus perfect, dan ujung2nya overthinking terus, hikss.
BalasHapusMenurut mbak, mungkin nggak sih memang ada tipe2 orang yg begini? Ada sisi perfeksionisnya, tapi ada sisi bengalnya juga *aku gak tau menamakannya apa, tapi intinya gitulah yaa gak mau ribet mbak😂
Sepertinya kita samaan deh mbak, karena saya juga gak suka ngabisin waktu buat mikirin penampilan hehe. Tapi mungkin memang bbrp orang menjadi perfeksionis di sebagian hal sajaa
Hapus