Waspada Berita Hoax di Tengah Pandemi Covid-19
Waspada Berita Hoax (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Derasnya arus informasi yang kini kian membanjiri platform berbasis online
maupun offline yang memaksa kita sebagai penggunanya untuk dapat memilah berita
yang akurat. Menggeliatnya perkembangan teknologi ini pun seolah tidak terlepas
dari pengaruh media sosial yang rentan terhadap penyebaran berita hoax.
Alasan Kenapa Orang Rentan
Tertipu Berita Hoax
Alasan Orang Rentan Tertipu Berita Hoax (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Berita hoax adalah berita bohong atau berita yang tidak benar adanya namun
dibuat seolah-olah benar adanya. Meskipun berita ini nampak nyata dibuat-buat,
namun tetap saja berita ini memiliki konsumennya dari berbagai kalangan,
terutama generasi berumur 40 tahun ke atas.
Sudah tidak kaget lagi bukan ketika kita mendapati pesan WhatsApp dari grup keluarga dengan judul
provokatif dan beberapa sentuhan ilmiah yang mind blowing. Tentunya alasan utama yang mendasari terjadinya
fenomena ini adalah karena informasi yang bersifat hoax ini cenderung akan menyebar lebih cepat melalui media sosial
berbasis chatting, karena tidak adanya filter yang pasti dari penyebaran berita
melalui grup chat tersebut.
Fenomena terbaru kali ini, seringkali kita dapati dua kelompok dengan
pandangan yang saling bertolak belakang namun memiliki pengikut (orang yang
percaya) dengan jumlah nyaris sama besar. Contohnya, satu kelompok yang percaya
dengan adanya Covid-19 dan satu
kelompok lainnya yang tidak menganggap Covid-19
ini benar-benar nyata. Sering kita temui dua kelompok ini saling beradu argumen
bukan? Nah, kira-kira mengapa hal ini bisa terjadi? Simak alasannya di bawah
ini ya!
Hanya Percaya Berita yang
Selaras dengan Opini Pribadi
Sejatinya, seseorang akan cenderung lebih menerima suatu fakta yang selaras
dengan opini orang tersebut. Hal inilah yang menyebabkan berita hoax akan tetap eksis dan mendapatkan
konsumennya karena cenderung mewakili opini dari salah satu pihak.
Contohnya, individu yang meresahkan keabsahan hadirnya Covid-19 ini cenderung akan mencari berita yang sejalan dengan
keresahannya tersebut. Dan ketika ia menemukannya, maka individu ini seolah
mendapatkan apa yang selama ini ia cari sehingga cenderung membenarkan opininya
tanpa menelusuri lebih lanjut keabsahan suatu berita yang mendukung opini
individu tersebut.
Terbatasnya Pengetahuan
Terbatasnya pengetahuan individu terhadap berita yang diterimanya cenderung
akan membuat individu tersebut untuk lebih mudah percaya. Beragam broadcast message yang kita dapatkan
dari aplikasi berbasis chatting
seringkali kita temui sebagai wujud minimnya pengetahuan mengenai berita yang
terkandung dalam broadcast message
itu sendiri.
Contohnya, berbagai produk anti virus yang sempat tenar di awal masa
pandemi kemarin. Mengapa hal ini bisa dipercaya seseorang lalu disebarkan ke
kerabat sekitarnya? Ya, karena mungkin individu yang pertama kali mendapatkan
berita ini cenderung tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni di bidang
kesehatan itu sendiri. Bahkan, mungkin saja individu ini juga tidak paham apa
sebenarnya virus itu.
Dengan minimnya pengetahuan terhadap berita yang diterima, maka suatu
individu akan menelan berita tersebut mentah-mentah tanpa mengkonfirmasi
kebenaran dan keakuratan dari berita itu sendiri.
Minat Baca Rendah
UNESCO menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang
sangat rendah, yakni 0,001% saja. Hal ini menunjukkan bahwa hanya hanya 1 orang
dari 1000 orang di Indonesia yang memiliki tingkat literasi yang baik
(kominfo.go.id).
Minat baca yang rendah ini akan berdampak pada individu ketika ia
dihadapkan dengan berbagai berita yang ia terima. Judul yang nyentrik tentunya
akan menggugah seseorang untuk mau mengklik berita tersebut, namun sebagian
orang justru hanya membaca judul beritanya tanpa membaca keseluruhan isinya.
Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab seseorang menyimpulkan
suatu berita tanpa membacanya sampai habis, sehingga beberapa informasi penting
yang mungkin saja berperan besar dalam berita tersebut justru tidak
tersampaikan dengan baik. Toh, sering
kita dapati berita dengan judul yang clickbait
bukan?
Anonimitas Suatu Berita
Selain beberapa faktor di atas, anonimitas suatu berita ini sendiri juga
cenderung berperan besar dalam maraknya penyebaran berita hoax.
“Izin share dari grup sebelah”
“Saya gak tahu, kan saya cuma share”
Ayo, siapa yang nyengir ketika membaca dua dialog di atas? Sudah tidak
asing lagi bukan?
Berita tanpa sumber yang jelas akan membuat individu kesulitan mencari tahu
kebenaran dan keakuratan berita tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya sebagai
pengguna media sosial yang baik, kita perlu mengkonfirmasi keabsahan suatu berita
dan menyertakan sumber informasi yang valid sebelum men-share berita tersebut
ke orang lain.
Pandemi, Rentan Berita Hoax
Pandemi, Rentan Berita Hoax (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Di tengah hiruk pikuk pandemi Covid-19,
beberapa oknum justru memanfaatkan saat ini untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Seperti memanfaatkan keresahan masyarakat akan hadirnya Covid-19 dengan suguhan berbagai produk
yang mengklaim manfaatnya sebagai anti virus Covid-19.
Mungkin hal ini akan terkesan aneh untuk kalangan terpelajar, sebagian akan
berpikir “ya salah sendiri, kok percaya, udah tahu gak nyambung”. Iya, itu
karena kita punya pengetahuan yang mumpuni, namun bagaimana dengan orang yang
tidak mendapatkan kesempatan untuk memiliki pengetahuan yang sama?
Oleh karena itu, penting bagi kita yang memiliki pengetahuan lebih untuk memberikan
edukasi kepada orang-orang terdekat kita. Sederhana saja, tidak perlu
berkoar-koar menjelaskan bagaimana virus itu dan mekanisme anti virus dalam
membunuh virus itu sendiri. Dengan sekedar mengingatkan untuk waspada terhadap
berita yang dinilai tidak valid, kita sudah berusaha menyelamatkan orang
terdekat kita dari bahaya berita hoax.
Karena secara tidak langsung, berita hoax ini akan berpengaruh terhadap
psikologis seseorang. Berita hoax
yang cenderung melebih-lebihkan keparahan kondisi di masa pandemi saat ini akan
mentransfer rasa cemas dan takut yang berlebihan pada beberapa orang. Tentunya
hal ini akan berdampak buruk terhadap kesehatan mental individu tersebut,
bukan?
Hoax Buster
Hoax Buster (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Pemerintah saat ini tengah mengusahakan upaya memberantas berita hoax, terutama di masa pandemi saat ini.
Salah satu situs resmi pemerintah yang bisa dijadikan rujukan berita seputar Covid-19 adalah covid19.go.id. Situs ini memuat berbagai kebijakan yang ditetapkan
pemerintah dan perkembangan resmi dari kasus Covid-19 saat ini. Poin plusnya, kita bisa melakukan pengecekan
terhadap berita-berita hoax di bagian kanan atas situs ini, yaitu di menu Hoax Buster.
Nah, setelah mengetahui berbagai informasi di atas, maka kita bisa berhenti
menduga-duga kebenaran suatu berita dan mengupayakan untuk memastikan keabsahan
berita tersebut sebelum men-share ke media
sosial yang kita punya.
Jadi, ayo perangi berita hoax untuk
berkontribusi dalam menjaga kesehatan mental masyarakat Indonesia dalam
menghadapi pandemi Covid-19!
IndahLadya
Referensi :
Evita Devega, 2017, Teknologi Masyarakat Indonesia : Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos