The Dark Side of "Working Too Hard"
Working Too Hard (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Sebagian orang berpikir bahwa bekerja keras adalah hal yang perlu dilakukan
demi keberhasilan suatu karir, namun benarkah demikian?
Saya pernah bertemu dengan seorang pekerja keras yang mungkin menggunakan
24 jam waktunya untuk bekerja. Sehingga semua aktivitas di luar “kerja” harus
dibarengi dengan “kerja” itu sendiri. Seperti apa contohnya? Yuk simak di bawah
ini!
- Makan Sambil Balesin Email
- Liburan Sambil Bawa “Kerjaan”
- Beribadah Seadanya
Nah dari ketiga kegiatan tersebut, mana nih yang kamu banget? Yuk ngaku!
Terkadang kepadatan waktu kerja membuat kita terlupa bahwa manusia juga butuh
istirahat, butuh waktu makan, butuh waktu tidur, butuh waktu ibadah, dan butuh
waktu liburan. Namun, apa jadinya jika semua waktu “istirahat” itu justru kita
barengi dengan “kerjaan”?
Rajin Pangkal Kaya, Malas
Pangkal Miskin
Sudah tidak asing lagi bukan? Sepintas tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut, namun apabila kalimat tersebut dianggap menerangkan bahwa hanya orang yang bekerja keras yang akan sukses, ya itu salah sih menurutku.
Karena kita harus ingat bahwa sukses tidak hanya dipengaruhi oleh seberapa besar usaha orang tersebut, ada 2 faktor lagi yang terkadang secara tidak langsung justru berperan cukup besar dalam kesuksesan seseorang, yaitu privilege dan keberuntungan.
Selain itu, bekerja dengan waktu yang lebih sedikit namun efisien justru
lebih baik dibandingkan bekerja 24 jam namun banyak distraction-nya, seperti ketika kamu lebih banyak nge-cek hp
dibanding kerjanya misalnya?
Terkadang orang cenderung merasa bangga ketika ia mempunyai banyak
kesibukan, bangga ketika ia over-worked.
“Aku kemarin tidur 4 jam doang loh!”
“Gila, abis ini aku ada meeting lagi nih!”
“Kayaknya aku gak tidur deh malem ini, deadline nih!”
Again, sepertinya beberapa dari kita sempat tenggelam dalam
dunia over-worked ini ketika melihat
beberapa contoh kalimat di atas, setuju?
Why is Working Too Hard is Not
Good?
Sebuah kutipan terkenal dari William Arthur Ward, “Study while others are
sleeping; work while others are loafing; prepare while others are playing; and
dream while others are wishing.”
See? Ternyata lifestyle
seperti ini nampakmya sudah sangat akrab dengan dunia entrepreneur saat ini.
Saya tidak bisa menyalahkan sebagian besar orang yang memilih untuk
menjalani lifestyle demikian, namun,
ada baiknya kita menyadari bahwa sebenarnya mixing
antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya justru memiliki nilai
distraksi yang bermakna.
Bukankah bekerja 4 jam lalu makan dan istirahat selama 1 jam akan lebih
efektif dibandingkan bekerja sambil makan selama 5 jam? Atau bahkan lebih?
Selain mempengaruhi konsentrasimu dalam bekerja, distraksi-distraksi seperti
ini juga akan membunuh kreativitasmu.
Nah, selain itu, beberapa alasan mengapa “working too hard” sebaiknya tidak dilakukan, bisa disimak di bawah
ini ya!
Memperburuk Kesehatan
Of course, ketika kamu tidak tidur semalaman demi menyelesaikan
pekerjaan yang tidak berhenti datang silih berganti, lantas apakah itu akan
baik untuk kesehatanmu? Tentu saja tidak, selain akan mengganggu konsentrasimu
di keesokan harinya, hal ini juga akan memicu stres, sebagaimana yang kita tahu
bahwa high levels of stress are a recipe
for illness.
Kesuksesan Seolah Hanya Terpaku
dengan Uang
Fenomena “work hard” ini menjadi eksis semenjak kesuksesan seseorang
terukur dari seberapa besar materil yang ia miliki, seperti mobil sport, rumah
mewah, smartphone terkini, dan masih banyak lagi.
Pandangan orang lain seolah cenderung berpengaruh besar terhadap kehidupan
seseorang, padahal nyatanya ada beberapa hal yang tidak kalah penting dari
kesuksesan finansial itu tersendiri, seperti hubungan dengan sesama manusia,
hubungan dengan alam, dan hubungan dengan diri sendiri. Sudahkah kamu
mengapresiasi dirimu sendiri?
Mengindikasikan Bahwa Kamu
Tidak Working Smart
“I choose a lazy person to do a hard job. Because a lazy person will find an easy way to do it.” (Bill Gates)
Pernah dengar kutipan di atas? Yap, bekerja “cerdas” justru akan lebih
efektif dibandingkan bekerja “keras”.
Work-Less
Pernah dengar istilah work-less?
Yap, sistem “bekerja lebih sedikit” ini nampaknya mulai diterapkan oleh
beberapa individu yang sadar bahwa “working too hard” tidak selamanya baik.
Terutama untuk kelompok entrepreneur
dan freelancer yang cenderung tidak
terikat oleh jam kerja, maka sebaiknya work-less
ini mulai diterapkan.
Work-less ini tidak diartikan sebagai bekerja dengan malas-malasan, a big no! Work-less adalah sistem kerja yang didesain agar suatu individu dapat memiliki jam kerja yang lebih sedikit namun lebih efisien.
Dengan jam kerja yang lebih sedikit, maka kamu akan memiliki waktu lebih
untuk mengapresiasi dirimu dengan sekedar beristirahat dan me-refresh kembali pikiran untuk
mempersiapkan diri dalam menghadapi pekerjaan di keesokan harinya.
Ketika kamu hanya perlu bekerja 4 jam, apa yang akan kamu kerjakan dalam 4
jam itu? Sudah tahukah mana “tugas” yang termasuk prioritasmu?
Dan ketika kamu sudah menemukan “tugas” mana yang menjadi prioritasmu, maka
tentukan waktu terbaikmu, jauhi segala bentuk distraction yang akan mengganggu selama jam kerjamu, dan silahkan
nikmati waktu istirahatmu setelahnya.
Bukankah ini terlihat lebih efisien bukan?
IndahLadya
Referensi :
Leo Babauta, Work Less
Aku tipe yang makan sambil balesin email mbaak..ehehehe
BalasHapusHehe iya sih mbak, terkadang kita suka suka nyambi makan depan laptop ya 😅
HapusDengerin musik sebelum kerja... Rasanya lebih semangat...
BalasHapusTapi aku kalo sambil kerja masih ngederin musik justru bisa pecah konsentrasinya...
nah persis seperti saya ini mbaknya, gabisa konsentrasi kalau ada musik, hahah
HapusPekerjaanku membuat tools supaya orang lain lebih efisien. Misalnya untuk mengirim data tinggal klik tombol kirim. Tapi untuk membuat satu tombol itu bekerja, aku harus menghabiskan waktu berhari-hari bahkan bisa sampai satu bulan. 😀
BalasHapuswaduh punten mas, saya lupa memberi pengecualian terhadap bbrp jenis pekerjaan yang memang butuh waktu lebih lama, hehe. terimakasih telah berbagi pengalamannya mas
HapusSeringkali gak konsentrasi dalam pekerjaan, yang akhirnya dinanti-nanti dan menjadi numpuk.
HapusBetul kak, jadi kalo dipersempit waktu kerjanya bisa lebih terpacu buat fokus kan? 😅
HapusYang aku pikirkan adalah punya smart home yg bisa menghandle pekerjaan domestikku. Jadi aku bisa santai nulis. Hehe
BalasHapusWah keren mbak, semoga segera terwujud ya! 😁
Hapus