Stop Being an Emotional Eater
Stop Being an Emotional Eater (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Ngemil seringkali dilakukan sebagian orang sebagai sarana untuk
menunda rasa lapar. Bahkan sebuah studi bertajuk 'The State of Snacking' di 11 negara termasuk Indonesia menunjukkan
sebanyak 23 persen masyarakat suka ngemil (cnnindonesia.com).
Selain sebagai penunda rasa lapar, ngemil
juga seringkali dilakukan untuk mengendalikan emosi seseorang. Sebagaimana di
tengah pandemi saat ini, sebagian besar orang mengkonsumsi cemilan lebih banyak
sebagai pengendali rasa bosan dan cemas sehingga emosi cenderung tidak stabil.
Hal ini tentunya akan berdampak buruk ketika seseorang memiliki kebiasaan
seperti ini yang lebih condong sebagai emotional
eater.
Dilansir dari mayoclinic.org, emotional
eating bisa menyebabkan kita makan terlalu banyak, terutama makanan-makanan
yang tinggi kalori dan tentunya makanan yang manis dan berlemak tinggi. Selain
tidak baik untuk kesehatan, jenis-jenis makanan ini juga tentunya akan membuat
sebagian orang yang tengah berjuang menurunkan berat badannya akan merasakan
bahwa usaha mereka telah sia-sia.
Beberapa tips di bawah ini akan membantumu agar tidak menjadi emotional eater. Yuk simak ulasannya
berikut ini!
Sarapan Itu Penting
Sarapan Itu Penting (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Memulai hari dengan sarapan pagi bukan hanya menyumbang tenaga bagi tubuh.
Namun, sarapan pagi juga membantu tubuh untuk merasa kenyang lebih lama. Apabila
kita terbiasa untuk skip sarapan,
maka hal ini seringkali meningkatkan emosi kita untuk makan di siang hari
sehingga cenderung kalap.
Rasa lapar yang berlebih justru akan membuat kita kehilangan kendali saat
makan. Nah, jadi sarapan pagi ini ternyata sangat berpengaruh untuk sebagian
orang yang tengah berjuang menurunkan berat badannya, bukan?
Gunakan Piring yang Lebih Kecil
Gunakan Piring yang Lebih Kecil (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Piring besar akan membuat porsi makanan kita terlihat lebih kecil sehingga
mendorong kita menambah porsi makanan di dalamnya untuk membuat piring tersebut
terlihat lebih penuh. Nah, dengan menggunakan piring yang lebih kecil, maka hal
ini akan membuat porsi makanan kita terlihat lebih besar sehingga lebih mudah untuk
mengirimkan sinyal kenyang ke dalam tubuh.
Makan Sesuai Inner Clock
Makan Sesuai Inner Clock (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Mengandalkan isyarat tubuh mengenai “jam lapar” seseorang sebenarnya akan
lebih efektif dibandingkan menyesuaikan waktu makan sebagaimana stereotip
masyarakat pada umumnya. Sarapan jam 07.00, makan siang jam 12.00, dan makan
malam jam 19.00. Terlihat sangat kaku, bukan?
Dilansir dari healthline.com, para peneliti mencatat bahwa mereka yang
mengandalkan jam untuk mengetahui kapan harus makan akhirnya makan lebih sering
daripada mereka yang mengandalkan sinyal lapar dari tubuhnya sendiri. Dengan
berusaha memahami inner clock kita
pribadi, maka akan lebih mudah bagi kita untuk mengatur emosi ketika makan
karena kita tidak makan dalam keadaan yang sangat lapar.
Memaksimalkan Porsi Makan
Memaksimalkan Porsi Makan (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Sebaiknya kita tidak makan dalam keadaan terlalu lapar, bukan? Oleh karena
itu, untuk menyiasati hal ini, kita tidak boleh makan dalam porsi yang terlalu
kecil. Namun, bukan berarti kita bisa makan dengan porsi yang terlalu besar ya!
Disinilah keuntungan dari makan sebelum benar-benar lapar. Kita akan
cenderung menerima sinyal alami dari tubuh kita untuk menentukan porsi yang
sesuai dengan kita pribadi. Dengan memaksimalkan porsi makan, maka tentunya
akan membuat kita tidak mudah merasa lapar untuk menuju jam makan berikutnya.
Makan Secara Perlahan
Makan Secara Perlahan (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Makan terlalu cepat akan membuat tubuh kita kesulitan dalam merespon sinyal
kenyang dari tubuh kita sendiri. Para ilmuwan percaya bahwa mengambil
setidaknya 20-30 menit untuk menyelesaikan makan memungkinkan lebih banyak
waktu bagi tubuh untuk melepaskan hormon yang mendorong perasaan kenyang
(healthline.com).
Beberapa tips di atas bisa kita coba untuk menerapkan kebiasaan baru yang
lebih baik. Meskipun mungkin terlihat sulit, tetapi tidak ada salahnya untuk
mencoba kebiasaan ini, bukan? Tips di atas akan membuat kita terbiasa memiliki
pola hidup yang disiplin. Ingat, makan dengan disiplin tidak serta merta
berhubungan dengan kasus menurunkan berat badan saja. Namun, tentunya hal ini
akan membiasakanmu untuk memiliki hidup yang lebih sehat. Membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa.
IndahLadya
Referensi :
Alina Petre, MS, RD (NL), 2019, 13 Science-Backed Tips to Stop Mindless Eating
CNN Indonesia, 2020, 3 Tips Ngemil Lebih Bijak Selama 'di Rumah Aja'
Thanks ilmu barunya kak
BalasHapusiya kak sama sama ya :)
HapusWah keren nih! Bisa dicoba untuk kedepannya! Makasih info nya!
BalasHapusiya kak, selamat mencoba :)
Hapuswah bagus nih tipsnya!
BalasHapussemoga kita semua bisa lepas dari emotional eating yak :)
terima kasih kak :)
HapusBagus sekali tips-tipsnya kak. Benar banget pas pandemi gini mulut jadi pengen ngemil terus.
BalasHapushehe iya betul kak, asal gak berlebihan ya :)
Hapus