Review Film Pendek Cream (2017) dan Tilik (2020) : Sebuah Realita Kehidupan
Review Film Pendek Cream dan Tilik (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Sebagaimana pandemi yang seringkali diidentikkan dengan “rebahan”, dua film
yang diangkat dari sebuah realita kehidupan masa kini akan menemani waktu
rebahanmu. Simak review singkatnya di
bawah ini ya!
Cream (2017)
Cream (sumber gambar: youtube channel David Firth) |
Jika berbicara tentang arus globalisasi, maka tidak akan jauh dari
perkembangan teknologi yang semakin marak di dunia masa kini. Sebuah film Cream (2017) yang menghadirkan suatu
animasi grafis berdurasi 12 menit. Film ini mengangkat realita kehidupan yang
menjadi angan-angan setiap masyarakat modern saat ini.
Dr Jack Bellifer, tokoh utama dari film pendek berjudul Cream ini merupakan seorang scientist
yang baru saja merilis produk fenomenal, yang ia beri nama “Cream”. Ia mengklaim bahwa Cream
ciptaannya mampu menyelesaikan segala permasalahan dunia, mulai dari mengobati
penyakit, memperindah fisik seseorang, atau bahkan memperbaiki berbagai benda
mati seperti alat elektronik.
Cream dengan manfaat serbaguna ini diterima dengan baik oleh
masyarakat luas, karena dipercaya mampu menjadi solusi mutlak dari setiap
permasalahan yang ada. Sayangnya, kerasnya persaingan dunia komersil dan
pemerintahan ternyata tetap tidak bisa diatasi oleh Cream.
Dianggap sebagai kompetitor dunia, isu mengenai Cream mulai meluas ke berbagai media massa, mulai dari isu yang
menyatakan bahwa bahan utama dari pembuatan Cream
merupakan mayat bayi hingga isu yang menyatakan salah satu penyakit berbahaya
yang akan didapatkan ketika mengkonsumsi makanan hasil duplikasi Cream, yaitu penyakit AIDS.
Di akhir film pendek tersebut, dijelaskan bahwa Dr Jack Bellifer, sebagai
pencipta Cream, dijatuhi hukuman
untuk menghabiskan sisa hidupnya di penjara atas tuduhan pemerkosaan,
menyalahgunakan ilmu pengetahuan, mengecewakan orang lain, dan membuang-buang
waktu. Hingga pada akhirnya ia tidak akan menapaki kaki kembali ke dunia ilmu
pengetahuan.
Apa yang Terjadi Ketika Produk
ini Nyata?
Efek Samping dari Cream (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Singkat, namun bermakna. Hal inilah yang dapat saya tanggapi dari film
pendek Cream yang mengangkat realita
kehidupan masa kini. Dimana orang berandai-andai untuk memiliki produk
serbaguna yang dapat menyelesaikan seluruh permasalahan mereka di dunia.
Namun, apabila memang hal ini terjadi di dunia nyata, maka jutaan efek
samping yang lebih buruk justru akan mengintai dunia. Sebagian besar orang akan
kehilangan pekerjaan mereka apabila tercipta suatu produk serbaguna yang mampu
memperbaiki kerusakan alat elektronik atau bahkan mampu mengobati berbagai
penyakit. Dunia ini tidak akan lagi butuh montir, tukang servis, atau bahkan
tenaga kesehatan, bukan?
Tambahan animasi grafis pada film pendek Cream ini berhasil menciptakan vibes
horor di sepanjang alur ceritanya, sebagaimana kelamnya dunia ketika suatu
produk “serbaguna” hadir lalu menyebabkan masyarakat dunia ketergantungan
hingga sesama manusia tidak lagi saling mempedulikan satu sama lain dan uang
menjadi hal yang tak berarti lagi.
Tilik (2020)
Tilik (sumber gambar: youtube channel Ravacana Films) |
Berbeda dengan genre film sebelumnya, film pendek Tilik (2020) ini diadaptasi dari budaya tilik khas masyarakat Jawa dimana masyarakat ini memiliki tradisi
menjenguk beramai-ramai kerabat yang sedang sakit.
Bu Tedjo, tokoh utama dari film pendek berjudul Tilik ini merupakan salah satu masyarakat desa yang ikut untuk
menjenguk Bu Lurah yang sedang sakit bersama dengan sekumpulan ibu-ibu lainnya.
Namun, selain budaya tilik,
ternyata film ini juga mengangkat budaya yang tidak kalah tren di masa kini,
yaitu budaya gibah. Gibah ini sendiri merupakan salah satu kegiatan
membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuan orang tersebut. Apabila
hal yang dibicarakan benar adanya, maka hal ini masuk dalam kategori gibah.
Namun, apabila hal yang dibicarakan tidak benar atau mengada-ada, maka hal ini
bisa masuk dalam kategori fitnah.
Bu Tedjo digambarkan sebagai seorang perempuan yang suka nyinyir (tukang
gosip). Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit tempat Bu Lurah dirawat,
berbagai topik perbincangan hadir di tengah sekumpulan ibu-ibu ini. Salah
satunya adalah topik tentang Dian, seorang kembang desa yang dicurigai sebagai
perempuan nakal.
Bu Tedjo berhasil menyihir penonton dengan karakternya yang toxic dan suka nyinyir. Dengan tampil
ekspresif, pemeran Bu Tedjo sampai berhasil masuk ke daftar best villain character di perfilman
Indonesia.
Karakter lainnya yaitu Yu Ning, sosok yang senantiasa berpikir positif dan
tidak mudah percaya terhadap berita yang belum diketahui pasti bukti
kebenarannya. Karakter ini seringkali beradu mulut dengan Bu Tedjo yang selalu
menggosipkan hal-hal buruk tentang Dian di sepanjang perjalanan. Kalau di
kehidupan nyata, kamu ada di tim Bu Tedjo atau Yu Ning, nih?
Jika dilihat dari sisi negatifnya, menyebarkan berita yang belum diketahui
pasti kebenarannya akan berujung fitnah apabila ternyata berita tersebut tidak
benar. Namun, jika dilihat dari sisi positifnya, gibah ini ternyata juga bisa
memberikan kita informasi, terlepas dari benar atau tidaknya informasi
tersebut. Karena hingga saat ini, sejatinya manusia membutuhkan hidup
berkelompok untuk dapat melakukan interaksi sosial yang terkadang dapat
memberikan lebih banyak informasi.
Meski sederhana, namun film pendek berjudul Tilik ini memiliki berbagai makna tersirat terlepas dari budaya tilik dan gibah ini sendiri. Yuk simak
di bawah ini!
Berita Hoax
Berita Hoax (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Jika disimak dari awal, maka budaya gibah di film ini berawal dari
informasi-informasi yang mereka dapatkan dari media sosial. Maraknya penyebaran
informasi melalui media sosial ini terkadang menyebabkan berita hoax mudah sekali tersebar. Nah, sebagai
masyarakat yang cerdas, kita perlu memilah berbagai informasi yang kita
dapatkan, bukan?
Hilangnya Kebersamaan
Hilangnya Kebersamaan (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Sebagaimana budaya tilik yang
diidentikkan dengan beramai-ramai menjenguk kerabat yang sedang sakit, film ini
menunjukkan bahwa budaya menjenguk saat ini perlahan telah hilang, tergantikan
dengan pesan “get well soon” melalui
aplikasi berbasis chatting bernama WhatsApp.
Tidak ada yang salah dengan perkembangan teknologi saat ini, namun hal ini
mestinya menjadi sorotan masyarakat Indonesia untuk kembali melestarikan nilai
kebersamaan ini, terutama di wilayah perkotaan.
Pada akhirnya, film Tilik ini
berusaha mengedukasi masyarakat untuk dapat melestarikan berbagai kearifan
lokal yang mungkin telah hilang tergerus perkembangan teknologi dan digital
masa kini.
Nah, setelah membaca review singkat ini, jadi kamu lebih tertarik untuk menonton film yang mana? Tilik (2020) atau justru Cream (2017)? Jangan lupa
tinggalkan jawabanmu di kolom komentar ya!
#OneDayOnePost
#ODOP
#ODOPChallenge2
Aku belum nonton Cream.
BalasHapussok atuh ditonton kak, bagus pesan tersiratnya 😁
Hapusulasannya keren euu, kita satu pemikiran
BalasHapushehe alhamdulillah mas 😁
HapusTulisannya bagus ... Makasih pencerahannya atas kedua film ini...
BalasHapusalhamdulillah, terimakasih kembali mbak 😁
HapusMantap, bisa jadi bahan. Makasih
BalasHapusalhamdulillah, terimakasih kembali mas 😁
HapusSudah selesai review. Aku belum.
BalasHapussemangat buat reviewnya kak! 😁
HapusKeren pake ilustrasi sendiri! Bagus-bagus pulak!
BalasHapusalhamdulillah, terimakasih mbak 😁, kalau mbak mau coba boleh pake canva, cara bikinnya ga ribet soalnya hehe
HapusKerennya si Firth itu adalah menjadikan sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin di filmnya. Hehhe ... Namun, kalau itu beneran terjadi, rasanya dunia ini tak berwarna. :)
BalasHapusiya betul mbak, memvisualisasikan angan-angan manusia modern masa kini kan ya 😁
Hapussuka dengan reviewnya, apalagi gambar-gambar ilustrasinya eye catching sekali
BalasHapusalhamdulillah terimakasih mas 😁
HapusMbak, keren sampean. Nulis tiap hari masih sempat bikin gambar2nya lucu gitu juga... hehe suka sama reviewnya
BalasHapusalhamdulillah terimakasih mbak 😁
HapusReview filmnya bagus-bagus kak, apalagi ada tambahan ilustrasinya. Bisa buat solusi ku nih ...
BalasHapusiya mas, sok atuh bisa dicoba juga 😁
HapusCream animasi nya emang bagus sih sama kayak review nya hehe
BalasHapusIya kak, beda dari yg lain yaa animasi grafisnya 😅
HapusReviewnya bagus sekali Kaak...Ilustrasinya apalagi. Sukaaaa
BalasHapusAlhamdulillah terimakasih mbak 😁
Hapusmenemukan sudut pandang lain dari kedua short movie itu.... kerennn
BalasHapusTerimakasih mbak 😁 semangat nulisnya!
Hapuswah keren ... cara melihat sebuah film dari gaya penulis bagus dan mengena ... shippp keren
BalasHapusAlhamdulillah terimakasih mbak 😁
HapusTerimakasih atas koreksinya kak 😁
BalasHapusWah masya Allah lengkap Dan detail banget ini
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih mbak 😁
Hapus