Antibiotik vs Virus
Antibiotik vs Virus (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Berhembus kabar bahwa beberapa
antibiotik diklaim sebagai obat dari COVID-19, benarkah demikian?
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Berdasarkan definisi tersebut, adakah hubungan
yang mendasari antibiotik sebagai pengobatan COVID-19?
Antibiotik
Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah
infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri
yang berkembang biak di dalam tubuh (alodokter.com).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik diklasifikasikan menjadi 4 golongan (gudangilmu.farmasetika.com), yaitu :
- Antibiotik yang merusak bagian dinding sel bakteri; seperti antibiotik golongan beta laktam, basitrasin, dan vankomisin.
- Antibiotik yang menghambat sintesis protein bakteri; seperti antibiotik golongan aminoglikosida, kloramfenikol, tetrasiklin, dan makrolida.
- Antibiotik yang menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat; seperti trimetoprim dan sulfonamida.
- Antibiotik yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat; seperti kuinolon dan nitrofurantoin.
- Antibiotik bekerja dengan cara menghambat/membunuh bakteri yang berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti virus flu dan juga termasuk virus corona.
Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik terjadi akibat penggunaan antibiotik yang irrasional
dan berlebihan. Penggunaan antibiotik secara tidak tepat pun bisa menjadi salah
satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik.
Resistensi terjadi dengan beberapa mekanisme, yaitu sebagian bakteri dapat
menetralkan antibiotik, sedangkan bakteri lainnya dapat mengubah struktur luar
bakteri sehingga antibiotik tidak bisa menempel pada bakteri untuk membunuhnya.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya resistensi antibiotik ini, maka
dibutuhkan pengawasan medis selama penggunaan antibiotik. Penyalahgunaan
antibiotik seperti untuk mencegah suatu penyakit yang saat ini nampaknya sempat
menjadi tren “anti-covid19”
sebaiknya dihindari karena sebenarnya tidak ada hubungan yang mendasari
antibiotik untuk dapat mencegah/membunuh virus corona.
Mengapa Pasien COVID-19 diberi
Resep Antibiotik?
Dilansir dari webmd.com, ketika pandemi virus corona menyebar di Negara
Amerika Serikat, sebagian besar pasien COVID-19 di Michigan diresepkan
antibiotik yang tidak diperlukan.
Lantas, apa yang mendasari tenaga medis untuk memberikan resep antibiotik
kepada pasien COVID-19?
Mengkonsumsi antibiotik ketika tidak dibutuhkan, misalnya pada infeksi
virus, justru dapat menyebabkan bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik. Hal
ini tentu akan merugikan jika suatu saat infeksi bakteri terjadi dan tidak ada
antibiotik yang ampuh untuk menanganinya (resistensi).
Pemberian antibiotik pada pasien yang positif terinfeksi virus Corona
sebenarnya mungkin saja dilakukan, namun hanya jika dokter menilai pasien
berisiko terinfeksi bakteri atau jika pasien memang diketahui telah mengalami
infeksi tambahan oleh bakteri.
Hal ini mempertimbangkan bahwa sebanyak 3,5% pasien yang mengalami infeksi
bakteri serta virus corona berkemungkinan besar untuk meninggal dunia (The
Journal of Clinical Infectious Diseases).
Oleh karena itu, pengujian yang lebih awal dan tepat terhadap diagnosa
pasien COVID-19 yang beresiko infeksi bakteri sangat penting untuk memastikan
dibutuhkan/tidaknya antibiotik terhadap pasien, sehingga dapat meningkatkan
efektivitas penggunaan antibiotik dan mengurangi penggunaan antibiotik yang
tidak dibutuhkan.
Jadi, yuk bijak dalam menggunakan antibiotik!
Jangan gunakan antibiotik tanpa resep dokter ya!
IndahLadya
Referensi :
Robert Preidt, 2020, Early in Pandemic, Were Antibiotics Prescribed Too Often?
dr. Tjin Willy, 2018, Antibiotik
begitu ya ... tamba pengetahuan ... jangan sembarangan minum antibiotik karena virus bisa jadi kebal ... mungkin karena jaman sekarang banyak sekali teknologi canggih yg sudah diperkuat ditambah lagi fenomena alam yang trjadi sehingga perlu perubahan yang mendasar
BalasHapusiya mbak betul, jadi tidak boleh mengkonsumsi antibiotik tanpa resep dokter. Tapi saya revisi sedikit, yang jadi kebal bakteri nya mbak, karena antibiotik mekanismenya ke bakteri mbak :) terimakasih sudah saling sharing ya mbak
HapusIya nih, common cold juga kadang diresepin antibiotik. Huhu. Semoga vaksin cepet ketemu deh..
BalasHapusiya kak, terkadang di masa seperti ini tenaga medis berada di 2 pilihan yang sulit, karena dua duanya sama-sama berisiko tinggi. semoga dunia lekas membaik ya kak :)
Hapusmungkin saja kebetulan, pasien coronanya komplikasi juga karena sebagian pengidap corona juga komplikasi dengan dbd dan tbc yang juga memerlukan antibiotik. tapi kalau semua pasien diberi antibiotik, apakah masih bisa disebut kebetulan? heuheuheuheu
BalasHapuskalau menurut saya bukan kebetulan kak, hehe, mungkin karena memang saat ini alat medis kita belum memadai untuk mendeteksi cepat akan adanya kemungkinan komplikasi infeksi bakteri atau tidak, sehingga tenaga medis memilih jalan tengah untuk memberikan antibiotik pada beberapa kasus
Hapus