Karhutla Sudah di Depan Mata
Karhutla Sudah di Depan Mata (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Masih segar dalam ingatan betapa sesaknya udara yang kita hirup pada bulan Juli
tahun lalu. Sebagai dampaknya, sebanyak lebih dari 900.000 warga terkena ISPA.
Indonesia menyebutnya sebagai “luka lama” yang terulang kembali.
Pada tahun 2015 lalu, Indonesia terkena dampak karhutla dengan jumlah lahan
terbakar mencapai 23 dan 16 persen dari keseluruhan area pada provinsi Sumatera
Selatan dan Kalimantan Tengah.
Dan hingga kini, beberapa provinsi di Indonesia dikatakan rawan karhutla
dikarenakan mayoritas area yang memiliki ekosistem gambut, dan memiliki jejak
terbakar dalam kurun waktu 2015-2019.
Lantas, sudah siapkah Indonesia untuk menghadapi karhutla tahun ini?
Kemarau dan Karhutla
Kemarau dan Karhutla (sumber: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
Puncak musim kemarau 2020 diprediksi terjadi pada bulan Agustus 2020(sumber: bkmg.go.id)
Musim kemarau menjadi pertanda kembalinya ancaman kebakaran hutan dan lahan
(karhutla) di Indonesia. Sebagaimana musim kemarau yang diidentikkan dengan
kekeringan, maka tentunya karhutla tidak bisa terelakkan.
Cabang-cabang kayu yang dalam keadaan kering berpotensi untuk terbakar,
meski lambat tetapi menghasilkan panas yang tinggi. Bahan bakar ringan seperti
rumput dan resam kering, daun-daun pinus dan serasah, mudah terbakar dan cepat
menyebar, yang selanjutnya dapat menyebabkan kebakaran hutan/lahan yang besar.
Banyak kejadian karhutla yang sulit dipadamkan, bahkan bom air dengan
helikopter dan pesawat yang ongkos sewanya mencapai miliaran rupiah pun relatif
tak bisa memadamkannya. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor cuaca seperti
angin, sehingga penjalaran api sulit diperkirakan.
Dampak Karhutla
Waspada Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan (sumber gambar : indonesiabaik.id) |
Sebelumnya, pada tahun 2015, karhutla memicu asap pekat yang turut dirasakan
oleh negara tetangga kita, yaitu Malaysia dan Singapura. Kabut asap ini tentunya
menghasilkan berbagai dampak yang tak kalah menyeramkan dari kabut asap itu
tersendiri.
Masih ingatkah kita seberapa banyak jumlah sekolah yang diliburkan sebagai
dampak kabut asap yang tak kunjung usai itu? Beruntunglah apabila kalian
memiliki kesempatan untuk bersekolah di ruangan indoor yang full ac sehingga
tidak terlalu terkena dampak kabut asap ini tersendiri, karena tidak semua
orang memiliki privilege tersebut.
Ratusan bahkan ribuan sekolah terpaksa menghentikan proses pembelajaran
mereka dikarenakan kondisi udara yang sudah berada di level berbahaya. Maka
pilihannya hanya dua, melanjutkan proses pembelajaran dengan risiko penyakit
yang tak main-main atau meliburkan sekolah tersebut sembari menaruh harapan
kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan permasalahan kabut asap sebagai
dampak dari karhutla.
Dampak lain yang sangat terasa adalah gangguan pada lalu lintas penerbangan.
Jarak pandang yang kurang dari 600 meter menyebabkan tidak memungkinannya bagi
pesawat untuk take off dan landing. Hal ini tentunya menyebabkan sebagian
bandara nyaris lumpuh sebagai dampak dari kabut asap.
Dilansir dari cnnindonesia.com, penerbangan
di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya pada bulan September 2019 hampir lumpuh
karena kabut asap tebal akibat kebakaran hutan dan lahan atau karhutla masih
menyelimuti wilayah Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah pada saat itu.
Indonesia Rawan Karhutla
Indonesia memang terkenal dengan hutannya, namun juga tak kalah terkenal dengan kebakaran hutannya.
Indonesia Langganan Kebakaran Hutan (sumber gambar: katadata.co.id) |
Kejadian berpola berdasarkan luas terbakar karhutla 2019 yakni sebanyak
63,3% merupakah wilayah baru, 44,1% merupakan wilayah yang berada di ekosistem
gambut, 28% merupakan wilayah yang berada di sekitar izin sawit, 27% merupakan
wilayah yang berada di sekitar izin sawit dan hutan tanaman industri (HTI), dan
79,5% merupakan wilayah yang berada di tutupan lahan yang langganan terbakar
sejak 2015 (sumber: katadata.co.id).
Dengan kembali memasuki puncak musim kemarau tahun ini, maka bisa diperkirakan
bahwa karhutla telah di depan mata.
Data dan angka tak pernah berbohong, dengan riwayat kebakaran hutan dan
lahan (karhutla) dalam 5 tahun terakhir, maka pemerintah Indonesia dituntut
untuk mengambil langkah antisipasi terhadap kemungkinan tejadinya karhutla 2020.
6 Provinsi Paling Rawan
Karhutla
Data Kawal Covid-19 menunjukkan empat provinsi paling rawan karhutla berada
pada level kewaspadaan 3, dan dua provinsi lainnya memiliki level kewaspadaan
1. Nilai IKP (Indeks Kewaspadaan Provinsi) secara berurutan yaitu Kalimantan
Tengah (3,9), Sumatra Utara (3,6), Jambi (3,3), Sumatra Selatan (2,9), Kalimantan
Barat (0,5), dan Riau (0,4) (sumber: katadata.co.id).
Adapun penyebab wilayah tersebut menjadi rawan karhutla dikarenakan
ekosistem gambut yang dimiliki oleh wilayah tersebut, mengalami kebakaran
berulang dan memiliki jejak terbakar dalam kurun waktu 2015-2019, berada di
sekitar izin sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI), serta menunjukkan peningkatan
jumlah titik panas selama Januari-Juli 2020.
Karhutla di Tengah Pandemi
Covid-19
Karhutla kini seolah semakin menjadi momok menakutkan bagi seluruh warga di
Indonesia. Ditambah dengan kehadiran pandemi Covid-19 yang juga menyerang
sistem pernafasan. Tentunya, apabila karhutla ini terjadi di tengah pandemi,
maka akan meningkatkan kerentanan infeksi Covid-19.
Sebagaimana kabut asap tebal yang tak terelakan sebagai dampak dari
karhutla, maka apabila tidak diantisipasi, asap karhutla akan memperparah
infeksi Covid-19.
Risiko Karhutla di Tengah Krisis Corona (sumber gambar: katadata.co.id) |
Siapkah Indonesia Menghadapi
Karhutla (lagi)?
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pemerintah telah menyalurkan anggaran
secara besar-besaran sebagai penanggulangan dari dampak virus corona yang saat
ini tengah mengancam dunia.
Kondisi ini berdampak pada turunnya anggaran KLHK untuk karhutla dari Rp56
miliar menjadi Rp34 miliar dikarenakan seluruh aspek termasuk alokasi anggaran
fokus untuk penanganan pandemi (sumber: katadata.co.id).
Namun, saat ini beberapa pemerintah daerah tengah melakukan antisipasi yang
terfokus pada kemungkinan karhutla tahun ini, seperti halnya pemerintah provinsi
Sumatera Selatan yang mengalokasikan dana sebesar Rp 37 Miliar, pemerintah
provinsi Riau mengoptimalkan dashboard
Lancang Kuning, pemerintah provinsi Kalimantan Tengah memprioritaskan wilayah
karhutla berulang, pemerintah provinsi Kalimantan Barat mensosialisasikan
sanksi bagi oknum pembakaran, pemerintah provinsi Jambi menetapkan status siaga
darurat karhutla selama 90 hari, dan pemerintah provinsi Sumatera Utara
memperkuat tim terpadu karhutla.
Maka dengan upaya pemerintah dalam mengantisipasi karhutla, diharapkan
Indonesia bisa menjadi lebih siap dalam menghadapi kemungkinan karhutla tahun
ini.
Mulai Dari Sekarang!
Sebagai antisipasi karhutla, pembenahan bisa dimulai dengan mendata
lahan-lahan gambut yang terbuka dan di atasnya berserakan bahan bakar.
Pencegahan harus segera mungkin dilakukan di area-area seperti ini, sehingga
tak menjadi bom waktu saat musim kemarau mencapai puncaknya yang diperkirakan terjadi
pada bulan Agustus tahun ini.
Tidak hanya pemerintah, kita pun harus turut andil dalam upaya mengantisipasi
karhutla tahun ini. Simak cara-cara di bawah ini ya!
Langkah Antisipasi Karhutla (sumber gambar: dokumentasi pribadi indahladya.com) |
- Melakukan soft-campaign
dengan bahasa yang persuasif untuk mengajak masyarakat aware terhadap kemungkinan karhutla
- Tidak membuang puntung rokok di sembarang tempat
yang dapat memicu terjadinya karhutla.
- Membuat sekat bakar saat pembukaan lahan dengan cara
pembersihan rumput, semak, dan pohon pada area yang dianggap rawan untuk
mencegah penyebaran api.
Selain langkah-langkah
antisipasi di atas, tentunya kesadaran dari masing-masing masyarakat menjadi
hal terpenting. Karena terkadang, data, fakta, dan statistik tidak akan
bernilai apapun tanpa adanya sentuhan perasaan atas keprihatinan bumi saat ini,
bumi kita bersama.
Referensi:
Abror Fauzi, 2018, Waspada Dampak
Kebakaran Hutan dan Lahan, http://indonesiabaik.id/infografis/waspada-dampak-kebakaran-hutan-dan-lahan,
diakses pada 20 Agustus 2020.
CNN Indonesia, 2019, Membandingkan
Karhutla di Indonesia pada 2015 dan 2019, https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190918104533-199-431485/membandingkan-karhutla-di-indonesia-pada-2015-dan-2019,
diakses pada 20 Agustus 2020.
CNN Indonesia, 2019, Penerbangan
Palangkaraya Hampir Lumpuh Akibat Kabut Asap, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190915163440-20-430654/penerbangan-palangka-raya-hampir-lumpuh-akibat-kabut-asap,
diakses pada 20 Agustus 2020.
Jeany Hartriani, 2020, Karhutla
Kembali Ancam Indonesia, https://katadata.co.id/jeany/infografik/5f33d59648f9e/karhutla-kembali-ancam-indonesia?utm_source=Direct&utm_medium=Tags%20Kebakaran%20hutan%20dan%20lahan%20(Karhutla)&utm_campaign=Regular%20HL%20Pos%204,
diakses pada 20 Agustus 2020.
Jeany Hartriani, 2020, Risiko
Karhutla di Tengah Krisis Corona, https://katadata.co.id/jeany/infografik/5f33f4ecec801/risiko-karhutla-di-tengah-krisis-corona?utm_source=Direct&utm_medium=Tags%20Kebakaran%20hutan%20dan%20lahan%20(Karhutla)&utm_campaign=Regular%20HL%20Pos%203,
diakses pada 20 Agustus 2020.
Jeany Hartriani, 2020, Siapkah Kita
Hadapi Karhutla?, https://katadata.co.id/jeany/infografik/5f33f6cdde665/siapkah-kita-hadapi-karhutla?utm_source=Direct&utm_medium=Tags%20Kebakaran%20hutan%20dan%20lahan%20(Karhutla)&utm_campaign=Regular%20HL%20Pos%202,
diakses pada 20 Agustus 2020.
Rolando Fransiscus Sihombing, 2019, Warga
yang Terkena ISPA Karhutla Capai 919 Ribu Orang, https://news.detik.com/berita/d-4717995/warga-yang-terkena-ispa-akibat-karhutla-capai-919-ribu-orang,
diakses pada 20 Agustus 2020.
Yosepha Pusparisa, 2019, Infografik:
Indonesia Langganan Kebakaran Hutan, https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a5032e24e5/infografik-indonesia-langganan-kebakaran-hutan,
diakses pada 20 Agustus 2020.